Bahasa
merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dan memiliki peran sentral,
khususnya dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang dan
dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa diharapkan bisa membantu seseorang
dalam hal ini yang saya bicarakan adalah peserta didik untuk mengenal dirinya,
budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, menemukan
serta menggunakan kemampuan-kemampuan analitis dan imaginative dalam dirinya.
Ada beberapa
macam metode yang biasa digunakan seorang guru atau instruktur dalam
meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya seperti metode diskusi,
ceramah, Inquiry dan lain-lain. Saya ingin memperkenalkan salah satu metode yakni
metode TPR (Total Physical Response)
sebagai salah satu teknik penyajian dalam
pengajaran khususnya dalam pembelajaran bahasa asing, baik itu bahasa Inggris,
Jepang, Perancis, dan lain-lain.
Metode
pembelajaran adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menyampaikan
bahan pelajaran, sehingga dikuasai oleh peserta didik dengan kata lain ilmu
tentang guru mengajar dan murid belajar.
1.
Pengertian Metode TPR
(Total Physical Response)
Menurut
Richards J dalam bukunya Approaches and Methods in Language Teaching, TPR
didefinisikan:
“a language
teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts
to teach language through physical (motor) activity”.
Jadi metode
TPR (Total Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang
disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action);
dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor).
Sedangkan
menurut Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language Teaching, TPR
atau disebut juga ”the comprehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu
suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah.
Metode ini
dikembangkan oleh seorang professor psikologi di Universitas San Jose
California yang bernama Prof. Dr. James J. Asher yang telah sukses dalam
pengembangan metode ini pada pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. Ia
berpendapat bahwa pengucapan langsung pada anak atau siswa mengandung suatu
perintah, dan selanjutnya anak atau siswa akan merespon kepada fisiknya sebelum
mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan.
Metode TPR ini
sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur
gerakan permainan sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena
masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari
bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta
didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari
bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.
Guru atau
instruktur memiliki peran aktif dan langsung dalam menerapkan metode TPR ini.
Menurut Asher ”The instructor is the director of a stage play in which the
students are the actors”, yang berarti bahwa guru (instruktur) adalah sutradara
dalam pertunjukan cerita dan di dalamnya siswa sebagai pelaku atau pemerannya.
Guru yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang memerankan
dan menampilkan materi pelajaran.
Siswa dalam
TPR mempunyai peran utama sebagai pendengar dan pelaku. Siswa mendengarkan
dengan penuh perhatian dan merespon secara fisik pada perintah yang diberikan
guru baik secara individu maupun kelompok.
2.
Bentuk Aktivitas dengan
Metode TPR dalam PBM (Proses Belajar Mengajar).
Dalam proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang
dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:
a.
Latihan dengan menggunakan
perintah (Imperative Drill ), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di
dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan
aktivitas dari siswa.
b.
Dialog atau percakapan
(conversational dialogue).
c.
Bermain peran (Role Play),
dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran,
pasar, dll.
d.
Presentasi dengan OHP atau
LCD
e.
Aktivitas membaca (Reading)
dan menulis (Writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan
juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.
3.
Teori pembelajaran TPR
Teori
pembelajaran bahasa TPR yang diterapkan pertama kali oleh Asher ini
mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya Arthur Jensen yang
pernah mengusulkan sebuah model 7-langkah unutk mendeskripsikan perkembangan
pembelajaran verbal anak. Model ini sangat mirip dengan pandangan Asher tentang
penguasaan bahasa anak. Asher menyajikan 3 hipotesa pembelajaran yang
berpengaruh yaitu:
a)
Terdapat bio-program bawaan
yang spesifik untuk pembelajaran bahasa yang menggambarkan sebuah alur yang
optimal untuk pengembangan bahasa pertama dan kedua.
b)
Lateralisasi otak
menggambarkan fungsi pembelajaran yang berbeda pada otak kiri dan kanan.
c)
Stres mempengaruhi
aktivitas pembelajaran dan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, stress
yang lebih rendah kapasitasnya maka pembelajaran menjadi lebih baik.
Demikian
tentang metode pembelajaran TPR yang mungkin terdengar asing di telinga anda.
Metode TPR ini bukanlah metode baru yang sekiranya lebih baik diantara
metode-metode pembelajaran yang lain. Namun, ada baiknya menurut saya jika
seorang instruktur atau guru mempergunakan metode ini karena metode ini sangat
bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar anak terutama dalam bahasa.
No comments:
Post a Comment