Diera globalisasi ini, mutu pendidikan dirasakan perlu ditingkatkan untuk menunjang kebutuhan
disegala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman
tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam secara mendalam. Apabila kita telah
memamahami dasar dan tujuan, kita bisa memajukan pendidikan Islam secara
nasional.
Dasar dan tujuan
pendidikan merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan
Islam, karena dasar pendidikan Islam itu akan menentukan corak dan isi
pendidikan.
Tujuan pendidikan Islam itupun akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus benar benar memahami apa saja dasar pendidikan Islam dan tujuan yang nantinya bisa dicapai.
Tujuan pendidikan Islam itupun akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus benar benar memahami apa saja dasar pendidikan Islam dan tujuan yang nantinya bisa dicapai.
Islam memandang bahwa
pendidikan bukan saja merupakan proses transfer dan transformasi sosial secara
Islami, tetapi juga merupakan suatu amanah yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup manusia dunia dan akhirat melalui proses pembentukan manusia muttaqin
agar dapat memperoleh ridha Allah swt dalam hidupnya. Jadi pendidikan Islam
berfungsi untuk membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah swt.
Dengan kata lain
mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan, juga memiliki kemampuan
pengembangan diri, bermasyarakat, dan memiliki kemampuan bertingkah laku
berdasarkan norma-norma susila menurut pendidikan Islam.
Pendidikan Islam pada dasarnya melatih kepekaan para peserta didik, sehingga sikap hidup dan perilakunya didominasi oleh perasaan mendalam terhadap nilai-nilai etis dan spiritual Islam. Latihan itu bertujuan agar para anak didik mampu mencari pengetahuan yang tidak sekedar untuk memuaskan keingintahuan intelektual mereka atau hanya untuk meraih keuntungan dunia material belaka, tetapi juga untuk mengembangkan diri sebagai makhluk rasional dan saleh yang kelak akan memberi kesejahteraan fisik, moral dan spiritual bagi keluarga, masyarakat dan umat manusia.
Untuk mencapai pendidikan Islam tidaklah mudah, selain karena proses pendidikan itu sendiri selalu terkait erat dengan lingkungan pergaulan, bahkan terasa semakin beratnya jika anak didik sendiri tidak memiliki motivasi yang cukup baik untuk belajar pendidikan Islam.
Pendidikan Islam pada dasarnya melatih kepekaan para peserta didik, sehingga sikap hidup dan perilakunya didominasi oleh perasaan mendalam terhadap nilai-nilai etis dan spiritual Islam. Latihan itu bertujuan agar para anak didik mampu mencari pengetahuan yang tidak sekedar untuk memuaskan keingintahuan intelektual mereka atau hanya untuk meraih keuntungan dunia material belaka, tetapi juga untuk mengembangkan diri sebagai makhluk rasional dan saleh yang kelak akan memberi kesejahteraan fisik, moral dan spiritual bagi keluarga, masyarakat dan umat manusia.
Untuk mencapai pendidikan Islam tidaklah mudah, selain karena proses pendidikan itu sendiri selalu terkait erat dengan lingkungan pergaulan, bahkan terasa semakin beratnya jika anak didik sendiri tidak memiliki motivasi yang cukup baik untuk belajar pendidikan Islam.
Dalam proses pendidikan
Islam, alat dan metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk
mencapai tujuan. Bahkan alat dan metode sebagai seni dalam mentransper ilmu
pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan
dibanding dengan materi sendiri. Penerapan alat dan metode yang tepat sangat
mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Alat dan
metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak
efesien.
Keberhasilan penggunaan
suatu alat dan metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada
akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga alat dan
metode pendidikan Islam yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua
bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. Secara fungsional dapat
merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
A. Pengertian
Metode Pendidikan Islam
Metode adalah cara yang
ditempuh untuk mencapai tujuan. Jadi
metode dalam pengertian disini adalah
cara (jalan) yang paling tepat (efektif)
dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Metode pendidikan Islam adalah cara-cara yang ditempuh dan dilaksanakan
dalam pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan.
Metode pendidikan Islam
yang sangat populer adalah metode silaturahmi, yakni adanya interaksi diantara
umat Islam dalam mengembangkan pendidikan. Karena metode interaksi ini sangat
kental di masyarakat, sampai hari ini pendidikan Islam lebih efektif
dilaksanakan di berbagai kegiatan praktis di masyarakat. Misalnya pengajian
mingguan, pengajian bulanan, pengajian antar tetangga, pengajian khusus kaum
perempuan, pengajian khusus laki-laki, pengajian khusus remaja, pengajian
khusus anak-anak, pengajian umum, dan berbagai kegiatan lainnya yang merupakan
bagian dari pendidikan Islam di masyarakat.
Adapun pendidikan Islam
yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal, di sekolah umum hingga
perguruan tinggi, masih tetap menggunakan metode ceramah, diskusi, penugasan,
praktik, dan pelatihan.
Metode pendidikan Islam
yang terkenal diterapkan pula oleh para dai yang terdiri atas tiga metode,
yaitu :
1)
Metode
Al-Hikmah , yakni metode pendidikan Islam dengan pemberian
pemahaman ajaran Islam secara filosofis yang bersandarkan pada nilai-nilai
cinta dan kebijaksanaan. Metode hikmah ini di sebut juga dengan metode
syar’iyah atau normatif, yakni pendidikan Islam yang di kembangkan dengan
pendekatan normatif, hitam putih, dan cenderung dogmatis. Selain itu, metode
hikmah di kategorikan sebagai metode pendidikan Islam yang bersifat persuatif
dan menekankan pendekatan kasih sayang kepada semua anak didik.
2)
Metode
Al-Mau’idhah, yakni metode pendidikan Islam yang
menerapkan nasihat-nasihat secara lisan maupun tulisan, melalui berbagai
perumpamaan, cerita dan sindiran.
3)
Metode
Mujadalah atau debat, yakni metode pendidikan Islam yang
menggunakan perdebatan, baik debat langsung atau polemik.
B.
Metode sejarah
pendidikan islam :
Metode-metode
yang terdapat dalam sejarah pendidikan Islam diuraikan sebagai berikut:
1.
Metode
deskriptif, ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw, yang termaktub
dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah, khususnya yang langsung berkaitan
dengan pendidikan islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya.
2.
Metode
komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran Islam tentang pendidikan
dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada masa dan
tempat tertentu.
3.
Metode analisis
sintesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau
pengertian-pengertian yang diberikan ajaran Islam secara kritis, sehingga
menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam.
C. Hakikat Metode
Pendidikan Islam
Metode adalah cara yang
ditempuh untuk mencapai tujuan. Jadi
metode dalam pengertian disini adalah
cara (jalan) yang paling tepat (efektif)
dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Metode pendidikan Islam adalah cara-cara yang ditempuh dan
dilaksanakan dalam pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan
pendidikan.
Metode pendidikan Islam
yang sangat populer adalah metode silaturahmi, yakni adanya interaksi diantara
umat Islam dalam mengembangkan pendidikan. Karena metode interaksi ini sangat
kental di masyarakat, sampai hari ini pendidikan Islam lebih efektif
dilaksanakan di berbagai kegiatan praktis di masyarakat. Misalnya pengajian
mingguan, pengajian bulanan, pengajian antar tetangga, pengajian khusus kaum
perempuan, pengajian khusus laki-laki, pengajian khusus remaja, pengajian
khusus anak-anak, pengajian umum, dan berbagai kegiatan lainnya yang merupakan
bagian dari pendidikan Islam di masyarakat.
Adapun pendidikan Islam
yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal, di sekolah umum hingga
perguruan tinggi, masih tetap menggunakan metode ceramah, diskusi, penugasan,
praktik, dan pelatihan.
Metode pendidikan Islam
yang terkenal diterapkan pula oleh para dai yang terdiri atas tiga metode,
yaitu :
1.
Metode
Al-Hikmah , yakni metode pendidikan Islam dengan pemberian
pemahaman ajaran Islam secara filosofis yang bersandarkan pada nilai-nilai
cinta dan kebijaksanaan. Metode hikmah ini di sebut juga dengan metode
syar’iyah atau normatif, yakni pendidikan Islam yang di kembangkan dengan
pendekatan normatif, hitam putih, dan cenderung dogmatis. Selain itu, metode
hikmah di kategorikan sebagai metode pendidikan Islam yang bersifat persuatif
dan menekankan pendekatan kasih sayang kepada semua anak didik.
2.
Metode
Al-Mau’idhah, yakni metode pendidikan Islam yang
menerapkan nasihat-nasihat secara lisan maupun tulisan, melalui berbagai
perumpamaan, cerita dan sindiran.
3.
Metode
Mujadalah atau debat, yakni metode pendidikan Islam yang
menggunakan perdebatan, baik debat langsung atau polemik.
D. Macam-Macam
Metode Dalam Al-Qur’an dan Sunnah
1. Metode kisah
Menurut
QS. Hud : 120. Yang artinya dan semua kisah dari Rasul-rasul kami ceritakan kepadamu,
ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu, dan dalam kisah ini
telah dating kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.
Cerita
Al-Qur’an secara lebih spesifik bertujuan memberikan kekuatan psikologis kepada
Nabi SAW, dalam perjuanga menghadapi kaum kafirin. Orang sering ditimpa
kesukaran atau musuh, mungkin bakal prustasi atau kecil hati. Namun jika dia
tahu bahwa dia dalam perjuangan dari kesulitan itu tidak mengalami sendiri dan
masih banyak orang yang mengalami hal yang serupa dan ternyata berhasil, dia
bakal yakin dengan dirinya yang pada gilirannya menyampaikan pada keberhasilan
yang diperjuangkannya. Orang-orang semacam ini harus dijadikan teladan untuk
diikuti.
Dalam
pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam, kisah sebagai metode
pendidikan amat penting, alasannya, Kisah selalu memikat karena mengundang
pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya.
Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau
pendengar.
2. Metode dialog ( Hiwar )
Metode
dialog ( hiwar ) mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara dan juga bagi
pendengar pembicaraan itu. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :
a.
Dialog itu
berlangsung secara dinamis karena kedua pihak terlibat langsung dalam
pembicaraan. Kedua pihak saling memperhatikan kebenaran dan kesalahan dapat
terkoreksi.
b.
Pendengar
tertarik untuk mengikuti terus pembicaraan itu karena ingin tahu kesimpulannya.
c.
Metode ini dapat
membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu
mengarahkan seseorang menemukan sendiri kesimpulannya.
d.
Bila hiwar
dilakukan dengan baik, memenuhi akhlak tuntunan islam, maka cara berdialaog,
sikap orang yang terlibat, itu akan mempengaruhi peserta sehingga pengaruh
berupa pendidikan akhlak sikap dalam berbicara dan sebagainya.
Ada beberapa jenis
hiwar antara lain :
1)
Hiwar
Khitabi atau ta’abbudi, yaitu dialog yang diambil dari
dialog yang diambil dari tuhan dan hambanya.
2)
Hiwar
Washfi, yaitu dialog antara tuhan dengan malaikat atau
makhluk ghaib lainnya ( dilihat Q.S as-Saffat :20-23, 50-57 ).
3)
Hiwar
Qishashi, contoh surat Hud : 84-95.
4)
Hiwar
Jadali, yaitu hiwar yang bertujuan untuk menetapkan
hujjah. Contoh surat An-Najm 1-5.
3. Metode Amtsal ( metafora )
Dalam
metafora ( amtsal ), benda-benda (
objek ) nyata digunakan untuk memfasilitasi pemahaman konsep yang sedang
diperhatikan dalam ayat 41 surat Al-Ankabut disebutkan bahwa Allah menyamakan
segala yang diparetnerkan kepadanya dengan sarang laba-laba yang merupakan
sarang makhluk paling lemah. Fungsi yang lainnya adalah menjadikan perilaku
kaum beriman menarik dan perilaku kaum kafirin refresif ( menjijikan ). Ayat 18
surat Ibrahim menyatakan bahwa amalan orang-orang kafir bagaikan abu yang
ditiup angin kencang disuatu hari yang berangin keras. Ayat 261 Al-Baqarah
menyebutkan, menapkahkan harta dijalan Allah bagaikan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh tangkai dan tiap tangkai tumbuh seratus biji.
4. Metode Teladan
Keteladanan
dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil
dalam memperrsiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial.
Juga telah mengajarkan bahwa Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah
samawi kepada umat manusia, adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat lihur,
baik spiritual maupun intelektual. Sehingga manusia belajar darinya, memenuhi
panggilannya, menggunakan metodenya dalam hal kemulyaan, keutamaan dan akhlak
yang terpuji. Dia mengutus Muhammad SAW sebagai teladan yang baik bagi umat
manusia disetiap saat dan tempat sebagai pelita yang menerrangi dan purnama
yang member petunjuk.
5. Metode Pembiasaan
Dalam
kehidupan manusia sehari-hari, sangat banyak kebiasaan yang berrlangsung
otomatis dalam tutur kata dan bertingkah laku. Pembiasaan sebenarnya berintikan
pengalaman.
6. Metode Ibrah dan Mauizah
Esensi
ibrah dalam kisah ini ialah bahwa Allah berrkuasa menyelamatkan Yusuf setelah
dilemparkan kedalam sumur yang gelap, meninggikan kedudukannya setelah dijebloskan
ke penjara.
Muhammad
Rasyid Ridha mengartikan ibrah dengan suatu kondisi yang dapat mengantarkan
pengetahuan, dari pengetahuan konkret menuju pengetahuan abstrak, baik melalui
perenungan ( ta’amul ) ataupun
pemikiran ( tafakur ). Muhammad
Rasyid Ridha member arti al-mauizah dengan nasihat ( an-nasihah ) dan peringatan ( at-Tadzkir
) yang baik dan benar, yang dapat menyentuh hati sanubari, agar anak didi
terdorong untuk berraktifitas baik.
7. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib
ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yabg disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang
dilakukan. Targhib bertujuan agar
orang mematuhi aturan Allah. Tarhib
demikian juga, akan tetapi tekanannya ialah Targhib
agar melakukan kebaikan sedangkan Tarhib
agar menjauhi kejahatan.
Perbedaan
utamanya ialah Targhib dan Tarhib berdasarkan ajaran Allah,
sedangkan ganjaran dan hukum berdasarkan dunia.
Implikasi
dari perbedaan itu antara lain :
· Targhib
dan Tarhib lebih teguh karena akarnya
berada di langit, sedangkan teori hukuman dan ganjaran hanya berdasarkan
sesuatu yang duniawi. Targhib dan Tarhib itu mengandung aspek iman,
sedangkan metode hukuman dan ganjaran tidak.
· Di
pihak lain Targhib dan Tarhib lebih lemah daripada hukuman dan
ganjaran karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan langsung waktu itu juga,
sedangkan Targhib dan Tarhib tidak langsung dan diterima di
akhirat.
E. Tujuan, Tugas dan
Fungsi Metode Pendidikan Islam
Tujuan diadakan metode
adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya
guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk
mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan
gairah belajar peserta didik secara mantap. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
metode pendidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, member
kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong
usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta
didik. Ditunjukkan juga bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi
pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan
peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode
pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan
paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui
penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami ,
menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta maningkatkan keterampilan
olah fikir. Selain itu, tugas utama
metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi
nilai dan norma yang berrhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi
dan bagai mana faktor-faktor terrsebut diharapkan menjadi pendorong kearah
perbuatan nyata.
F. Prosedur
Pembuatan Metode Pendidikan
Prosedur pembuatan
metode pendidikan Islam adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yang meliputi :
1.
Tujuan
pendidikan Islam. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif (
pembinaan akal fikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar ), aspek
afektif ( pembinaan hati seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi
dan kematangan spiritual ) dan aspek psikomotorik ( pembinaan jasmani, seperti
badan sehat, mempunyai keterampilan ).
2.
Peserta didik.
Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta
didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan, kesanggupan,
kemampuan yang dimilikinya.
3.
Situasi. Faktor
ini digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana serta kondisi lingkungannya
ynag mempengaruhinya.
4.
Fasilitas.
Faktor ini digunakan untuk menjawab
dimana dan bila mana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnya.
5.
Pribadi
pendidik. Faktor ini dugunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta
kompetensi dan kemampuan propesionalnya yang berbeda-beda.
G. Asas-Asas
Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam
Omar Muhammad al-Taumy
al-Syaibany mengemukakan tujuh prinsip pokok metode pendidikan Islam yaitu
seorang pendidik harus :
1.
Mengetahui
motivasi, kebutuhan dan minat anak didik.
2.
Mengetahui
tujuan pendidikan yang sudah diterapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.
3.
Mengetahui sikap
kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik.
4.
Mengetahui
perbedaan individu anak didik.
5.
Mengetahui
kepahaman dan mengetahui hubungan, interaksi, pengalaman, dan kelanjutannya,
keaslian, pembaharuan dan kebebasan berfikir.
6.
Menjadikan
proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik.
7.
Menegakkan
“uswatun hasanah”.
Muhaimin dan Abdul
Mujib merinci asas-asas pelaksanaan metode pendidikan Islam sebagai berikut :
1.
Asas motivasi.
Maksudnya pendidikan dalam menggunakan metode harus berusaha membangkitkan
minat peserta didik sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada
bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2.
Dalam proses
belajar mengajar ( pembelajaran ) pendidik dalam menggunakan metode harus
memberikan kesempatan kepada paserta didik untuk mengambil diberikan, secara individual maupun koletif.
3.
Asa apersepsi,
adalah gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru muncul kedalam kesadaran
seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai
proses pengelilaan, sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Asas ini bertujuan
menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal
oleh peserta didik.
4.
Asas Peragaan,
dalam asas ini pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan
mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun
tiruan, sehingga anak didik dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
5.
Asas ulangan
Asas yang merupakan untuk
mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan peserta didik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh peserta didik jika
dialami sekali atau setengah-setengah.
6.
Asas korelasi
Pendidik hendaknya memandang
peserta didik sebagai sejumlah daya yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan
interaksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan. Karena itu pendidik harus
menghubungakan suatu bahan pelajaran dengan bahan lainnya, sehingga membentuk
mata rantai yang erat.
7.
Asas konsentrasi
Asas yang mempokuskan pada suatu
pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan
tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.
8.
Asas
individualisasi
Asas yang memperhatikan
perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan atau lingkungan yang mempengaruhi
seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi,
bakat serta lingkungan yang mempengaruhinya.
9.
Asas sosialisasi
Asas yang memperhatikan penciptaan
suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta
didik dengan pendidik, atau sesama peserta didik dengan masyarakat.
10.
Asas evaluasi
Asas yang memperhatikan hasil dari
penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feed back
pendidikan dalam memperbaiki cara mengajar.
11.
Asas kebebasan
Asas yang memberikan keleluasaan
keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang
mengacu pada hal-hal yang positif.
12.
Asas lingkungan
Asas yang menentukan metode yang
berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13.
Asas globalisasi
Asas sebagai akibat dari pengaruh
psikologi Getsal dan psikologi totalitas yaitu peserta didik bereaksi terhadap
lingkungan secara keseluruhan tidak hanya secara intelektual, tetapi juga
secara fisik, sosial dan sebagainya.
14.
Asas pusat-pusat
minat
Asas yang memperhatikan
kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga apabila
sesuai dengan kebutuhan.
15.
Asas kedaulatan
Pada fase-fase tertentu peserta
didik mempunyai kecenderungan belajar lewat penilaian terhadap kebiasaan dan
ting kah laku orang disekitarnya.
16.
Asas pembiasaan
Asas yang memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik.
H. Pendekatan
Metode Pendidikan Islam
Perwujudan stategi
pendidiksn Islam dapat di konfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan yang
lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)-nya.
Pendidikan dikembangkan
untuk mencerdaskan generasi mendatang sehingga siap menghadapi tantangan
kehidupan pada masa depan. Oleh karena itu, pendidikan yang dilaksanakan harus
menggunakan berbagai pendekatan yang diterima oleh perkembangan zaman, dan
dapat mengimbangi perkembangan pendidikan di dunia barat.
Pendekatan-pendekatan
yang dapat dilakukan dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.
Pendekatan
keteladanan
2.
Pendekatan
nasihat
3.
Pendekatan
ganjaran
4.
Pendekatan
hukuman
5.
Pendekatan
cerita
6.
Pendekatan
tradisional
7.
Pendekatan
intruksional
8.
Pendekatan
kekuatan improvisasi jiwa
9.
Pendekatan
historis
10.
Pendekatan
sosiologi
11.
Pendekatan
antropologis
12.
Pendekatan
strukturalis
13.
Pendekatan
kultural
14.
Pendekatan
politis
15.
Pendekatan
normatif
16.
Pendekatan
fungsionalistik
Pendekatan-pendekatan
diatas sudah dijelaskan dalam uraian sebelumnya, tetapi juga perlu diperjelas
disini adalah pendekatan sosiologis, pendekatan tradisional, pendekatan
struktural, pendekatan fungsional, dan pendekatan normatif. Pendekatan
sosiologis yaitu pendidikan Islam yang dikembangkan dengan mengacu pada
kekayaan kebudayaan lokal masyarakat sehingga basis pendidikan Islam yang
diterima oleh peserta didik bercirikan pada tradisi masyarakat setempat.
a.
Pendekatan
tradisional adalah pendekatan yang mengembangkan pendidikan Islam dengan
cara-cara pendidikan pondok pesantren masa lalu. Misalnya pesantren kaum
Salafiyyin dan beberapa pesantren yang masih mempertahankan model pendekatan
pendidikan gaya lama.
b.
Pendekatan
struktural adalah pendekatan pendidikan Islam yang mengacu pada kehendak
struktur tertentu, misalnya pola pendidikan struktur kekuatan keluarga yang
feodalistik atau struktur yang dibangun oleh penguasa. Pendidikan dengan
pendekatan ini menerima dan mengembangkan pesan-pesan politis tertentu sehingga
dapat dikatakan sebagai pendidikan yang menggunakan pendekatan politis.
c.
Pendekatan
fungsional adalah pendekatan pendidikan Islam ynag bersandar pada hubungan
harmoni antara sumber ajaran Islam dan kehidupan kultural masyarakat yang
personalistik sehingga pendekatan ini disebut pula dengan pendekatan kultural.
d.
Pendekatan
normatif adalah pendekatan dalam pendidikan Islam yang bersifat dogmatis
sehingga pendekatan ini tidak serta merata menerima, bahkan cenderung menolak
kemajuan pendekatan diluar norma yang telah baku dan dilaksanakan dengan
keyakinan sepenuhnya dikalangan para pendidik dan peserta didiknya.
I.
Undang-undang
yang Berhubungan dengan Sistem Pendidikan
1.
UU SISDIKNAS no.
2 tahun 1989 : Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang
2.
UU SISDIKNAS no.
20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
No comments:
Post a Comment