BAB I
PENDAHULUAN
Sastra
merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta śāstra, yang berarti “teks yang
mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti
“instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan
untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti
atau keindahan tertentu. Tetapi kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua
jenis tulisan, apakah ini indah atau tidak .
Selain
itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau
sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan
tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan
pengalaman atau pemikiran tertentu.[1]
yang termasuk kedalam kategori Sastra adalah : Novel, Cerita / Cerpen (tertulis
/ lisan), Syair, Pantun, Sandiwara / Drama, Lukisan / Kaligrafi.
Dalam
sebuah pembelajaran pasti ada yang namanya evaluasi tak terkecuali juga dalam
pembelajaran bahasa arab. yang meliputi evaluasi maharah istima’, maharah
kalam, maharah qira’ah, maharah kalam, maharah tarjamah dan termasuk yang akan
kita bahas disini adalah maharah sastra. Sastra yang dimaksud disini tentunya
merupakan sastra arab dan kami khususkan pada syiir.
Evaluasi
berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan
tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu
dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan
sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya),
pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi
dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di
atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
disini
kami akan membahas tentang evaluasi pendidikan bahasa dalam ranah sastra.
Karena untuk evaluasi istima’, kalam, qira’ah, kitabah dan tarjamah
sudah dibahas di makalah yang terdahulu.
BAB II
DESAIN EVALUASI SASTRA ARAB
(SYI’IR) DAN PENYEKORANNYA
A.
Pengertian Sastra
Sastra
merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks dialektis antara
pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu
sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Sehubungan dengan ini
sering dikatakan bahwa syair merupakan antologi kehidupan masyarakat Arab
(Diwān al-`Arab). Artinya, semua aspek kehidupan yang berkembang pada masa
tertentu tercatat dan terekam dalam sebuah karya sastra (syair).
Penyair bukanlah satu-satunya komunitas
yang amat peduli kepada pendidikan syair. Secara umum anggota masyarakat juga
memiliki kepedulian yang sama. Untaian kata-kata dalam syair bagi masyarakat
Arab bukanlah semata-mata bunyi yang disuarakan lisan yang tanpa makna
(absurd), melainkan sarana yang ampuh untuk membakar semangat, menarik
perhatian, dan meredam emosi yang bergejolak di tengah kehidupan masyarakat.
Bisa dipahami kalau masyarakat meyakini bahwa para penyair memiliki pengetahuan
magis yang terekspresikan dalam syair dan keberadaan syair ini sangat
diperhatikan dan dipatuhi substansinya karena ia merupakan realitas kehidupan
kabilah. Nampaknya inilah alasan yang diyakini masyarakat ketika mereka
menempatkan para penyair pada posisinya yang terhormat. Mereka menjadi simbol
kejayaan suatu kabilah dan penyambung lidah yang mampu melukiskan kebaikan dan
kemenangan kabilah sebagaimana mereka mampu mendeskripsikan kejelekan dan
kekalahan perang yang diderita kabilah lain.
Dalam
kajian keislaman, pengetahuan tentang sastra mempunyai posisi yang strategis,
hal itu karena sumber induk (Al-Qur’an) menggunakan bahasa sastrawi yang begitu
indah membuat takjub sastrawan di kawasan itu, selain itu pemahaman terhadap
sastra juga merupakan salah satu kunci dalam memahami wahyu Allah, baik yang
matluw (Al-Quran) maupun ghair al-matluw (Hadis). Untuk memahami tentang sastra
tentunya kita harus memahami sejarah serta perkembangnya sehingga kita tidak
ahistoris serta menghasilkan pemahaman yang objektif. Disini, sastra yang
menjadi focus kami adalah syi’ir.
B.
Pengertian syi’ir
Syi’ir
adalah suatu kalimat yang sengaja disusun dengan menggunakan irama dan sajak
yang mengungkapkan tentang khayalan atau imajinasi yang indah.
C. Evaluasi
sastra
Dalam evaluasi sastra, itu berbeda
dengan evaluasi lainnya. karena maharah sastra sendiri itu merupakan
ketrampilan untuk siswa minimal tingkat aliyah dan mahasiswa. Banyak dari
pengajar yang menganggap bahwa evaluasi sastra harus dilaksanakan dengan ikhtibar
maqoliy (essay). Akan tetapi evaluasi sastra selain dapat
dilaksanakan dengan jalan ikhtibar
maqoliyah (tes essay) juga dapat dilaksanakan dengan
menggunakan ikhtibar maudlu’iyah (tes objektif).
1.
Ikhtibar maudlu’iyah (tes
objektif)
Dalam
evaluasi sastra dapat menggunakan tes maudlu’iy seperti : ikhtibar
mil’ul firogh (melengkapi), ikhtibar ikhtiyar min mutaaddid
(pilihan ganda), ikhtibar al-showab wal khoto’ (benar salah),
ikhtibarul muzawajah (menjodohkan), ikhtibar al-jawab al-qoshir (tes
jawaban pendek).
أ.
الإختبار
ملء الفراغ (melengkapi)
املأ كل فراغ بكلمة واحدة مناسبة!
1.
قائل بيت الشعر
التالي هو....................
2.
ولد شكسبير في
عام..............
3.
توفي أحود شوقي في
علم..................
4.
علش أبو تمام في
القرن...........
5.
بحر قصيدة
"........." هو..............
6.
كاتب قصيدة
"........." هو...............
7.
كاتب مسرحيّة
"........" هو...............
8.
قائل قصيدة
"........" هو...............
9.
عاش جون كيتس فى بلد
.........
10.
عاش البحتري فى
العصر .........
ب.
إختبار
الإختيار من متعدّد. (pilihan ganda)
1.
أبو العلاء المعري
من شعراء (الحوليات، المعلقات، اللزوميات، القصيدة الحرة)
2.
ولد شكسبير عام
(1564 م، 1465 م، 1546 م، 1456 م)
3.
عاش جرير فى العصر
(العباسي، الأموي، الأندلسي، الفاطمي)
4.
كاتب الفردوس
المفقود هو (بايرون، كوليرج، كيتس، ملتون)
ج.
إختبار
الصواب والخطأ (benar salah)
ضع كلمة (صواب) أو
(خطأ) قبل رقم كل جملة مما يلى!
)........( 1. ولد شكسبير عام 1645 م
)........( 2. ملتون هو كاتب "الفردوس
المفقود" باللغة الإنجليزية.
)........( 3. أحمد شوقى من شعراء القرن العشرين.
)........( 4. كان جرير معاصرا للفرزدق فى العصر
العباسي.
د.
إختبار الجواب
القصير (tes jawaban pendek)
أجب عن الأسئلة
الآتية إجابة قصيرة جدا (بكلمة أو كلمتين)!
1.
فى أي عام ولد أحمد
شوقى؟ .......
2.
من قال قصيدة كذا؟
.......
3.
فى أي قرن عاش حافظ
إبراهيم؟ ........
4.
فى أي عصر عاش
البحتري؟ .......
ه. إختبار المزاوجة (menjodohkan)
Tes
menjodohkan dapat di desain dengan menjodohkan antara pengarang kitab dan
kitabnya, antara syiir dan qosidahnya, antara kitab dan tahun wafatnya, antara
kitab dan zaman hidup mereka dll.
Atau
menggunakan tes dengan pertanyaan yang berisi tentang materi sastra seperti:
1.
من قال بيت الشعر
التالي؟
2.
من قال العبارة
الاتية؟
3.
متى ولد
الكاتب......؟
4.
متى توفّى
الكاتب....؟
5.
في أي قرن عاش
الكاتب؟
6.
ما بحر قصيدة كذا؟
7.
من كاتب قصة كذا؟
8.
من كاتب مسرحية كذا؟
9.
من عاصر الشاعر كذا؟
10.
من قال قصيدة كذا؟
11.
في أيّ بلد عاش
الكاتب كذا؟
12.
في أيّ عصر أدبيّ
عاش فلان؟
2.
Ikhtibar maqoliyah (tes essay)
Sebuah
evaluasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan atau menuangkan
kajisan sastra dalam tulisan. Misalnya siswa diminta menuliskan satu paragraph
tentang satu tema di mana tulisanya sesuai dengan jawaban yang dikehendaki
serta waktu yang telah ditentukan. Adapun contoh evalusinya adalah :
1.
اشرح بيت الشعر
التالي ..!!
2.
اشرح العبارة
التالية
3.
علق على قصيدة
4.
قارن بين كاتبين
5.
قارن بين قصيدتين
6.
قارن بين روايتين
7.
قارن بين مسرحيتين
8.
قارن بين روايتين
9.
اذكر وجوه الشبه بين
كذا وكذا
10.
اذكر وجوه الاختلاف
بين كذا وكذا
11.
كيف تعكس رواية كذا
وكذا
12.
كيف أثر كذا على كذا
؟
13.
مارأيك في كذا ؟
14.
صف ... أو بين ...
أو حلل ...
Hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal atau membuat ikhtibar maqoliyah
sayogyanya memberi batasan-batasan seperti, baris, kalimat, dan paragraph.
Misalnya :
1.
Tulislah satu paragraph sekitar 10 baris, atau
2.
Tulislah satu paragraph sekitar 150 kalimat
3.
Tulislah wacana sekitar 3 paragraf, dan setiap paragrafnya
tidak boleh kurang dari 100 kalimat tentang tema “…”
Dengan
adanya pembatasan ini akan memberi kemudahan pada siswa serta kemudahan guru
dalam menilai.
3.
Ikhtibar Syafahiyah (evaluasi
lisan)
Evaluasi ini diperuntukkan untuk jenjang
pendidikan tinggi seperti diperguruan tinggi terlebih untuk evaluasi yang biasa
digunakan untuk meraih gelar S1, S2 atau doctor. Dimana pertanyaan dan
jawabanya berupa ungkapan lisan.
4.
Ikhtibar Al-Fahmi
Dalam
evalusia sastra terdapat tiga unsure yang penting yaitu ; pengetahuan,
mengungkapkan dan pemahaman. Dalam aspek pengetahuan berkenaan tentang sejarah
kehidupan penulis (syair), tempat, zaman, kualitas syairnya, kegiatan
sastranya.
Sedangakan aspek pemahaman dalam evaluasi
ini melatih siswa dalam memahami nash syiir tentang ibaratnya, kalimatnya dan
juga kata-katanya. Evaluasi ini digunakan dalam segi kalimat dan kata akan
tetapi bila pemahan ini untuk teks yang panjang maka bisa menggunakan ikhtibar
maqoly.
5.
Ikhtibar wujuhul balaghah
Evaluasi ini menekankan pada
aspek balaghoh yang ada pada nash sastra. Biasanya cara yang
digunakanya adalah bentuk evaluasi yang pilihan ganda. Pertanyaanya biasanya
berkisaran tentang :
1.
وجوه تشبيه ضمني
2.
تشبيه تمثيلي
3. تشبيه بليغ
4. تشبيه مقلوب
5. تشبيه صريح
6. وجوه الاستعارة
7. مجاز
8. طباق
D. Penyekoran
Evaluasi sastra
Evaluasi
sastra terbagi dua macam “maudlu’I dan maqoly” dari setiap
macamnya harus memuat tiga aspek :
1.
Pengetahuan/teori
2.
Pemahaman
3.
Mengungkapkan/praktek
Setiap
aspek ini mempunyai tingkat prosentase nilai yang berbeda, pengetahuan atau
teori diberi prosentase 20%, pemahaman 30% dan mengungkapkan/praktek 50%.
Sedangkan
dalam evaluasi “Maqoly” penilainya ditinjau dari dua aspek, yaitu :
1.
Aspek bahasa yang meliputi; (penulisan, kaidah-kaidahnya,
dan tanda baca)
2.
Aspek isi dan gagasan.[2]
BAB III
KESIMPULAN
Dalam
evaluasi sastra, itu berbeda dengan evaluasi lainnya. karena maharah sastra
sendiri itu merupakan ketrampilan untuk siswa minimal tingkat aliyah dan
mahasiswa. Banyak dari pengajar yang menganggap bahwa evaluasi sastra harus
dilaksanakan dengan ikhtibar maqoliy (essay). Akan tetapi
evaluasi sastra selain dapat dilaksanakan dengan jalan ikhtibar maqoliyah (tes essay) juga dapat
dilaksanakan dengan menggunakan ikhtibar maudlu’iyah (tes
objektif)
No comments:
Post a Comment