Wednesday 8 December 2021

Ilmu Ma'ani

 

1. Konsep Ilmu Ma’ani

 Secara leksikal kata ma’ani (معانى) berarti maksud atau arti. Ahli ma’ani mendefinisikan sebagai pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga sebagai gambaran dari pikiran. Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’ani adalah ilmu yang mempelajari lafazh atau kata bahasa arab yang sesuai kebutuhan situasi dan kondisi. 

Ilmu  ma’ani pertama kali di kembangkan oleh Abdul Al-Qahir al-Jurzani. Ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjijatan Al-Qur’an, Al-Hadits dan rahasia kefasihan kalimat bahasa Arab. Objek kajian ilmu ma’ani hampir sama dengan ilmu nahwu. Perbedaan antara keduanya yaitu Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad sedangkan ilmu ma’ani lebih bersifat tarkibi.

2. Macam-macam Kalam

Kalam dalam Ilmu Ma’ani terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Kalam Khabari (الكلام الخبرى)

Kalam Khabari adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang benar atau dusta. Contonya: 

مسامع الناس من مدح ابن حمدان - امتلأت أبو الطيب الكندي ما لولا

Artinya: Seandainya tidak ada Abuth- Thayyib Al-Kindi, maka tidak akan penuh pendengaran manusia dengan pujian terhadap Ibnu Hamdan.

Pada contoh tersebut mengkisahkan bahwa Abu Ath-Thayyib al-Mutanabbi adalah orang yang menyebar luaskan keutamaan Saifud Daulah bin Hamdan.  Ia berkata, “Seandainya tidak ada Abu Thayyib, niscaya tidak muncul kemasyhurannya, dan manusia tidak mengetahui seluruh kelebihannya seperti yang telah mereka ketahui sekarang.” Pernyataan kemungkinan benar atau berkata dusta. Dan ukuran benar dan salahnya perkataan ini bergantung fakta.


Ragam Khabar

a) Khaaliy Ad-dzihni (خالى الذهن) 

Khaaliy Ad-dzihni adalah hati mukhatab bebas dari hukum yang terkandung di dalam kalimat Dalam kondisi tersebut, kalimat disampaikan tanpa disertai adawat taukid. Kalam khabar semacam ini disebut sebagai ibtida’i. Contohnya علي قَدْرِ أَهْل الْعَزْم تَأْتِى الْعَزَائِم (Kemauan itu datang sesuai dengan kadar keteguhan)

Pada contoh tersebut, kondisi mukhatab hatinya bebas dari hukum yang terkandung (khaaliy Ad-dzihni). Oleh karena itu si pembicara tidak memandang perlu untuk mempertegas berita yang disampaikan.

b) Thalabi(طلبى) 

Thalabi adalah ragu terhadap hukum dan ingin memperoleh suatu keyakinan. Dalam kondisi tersebut, lebih baik kalimat disampaikan disertai dengan lafad penguat agar dapat menguasai dirinya. Contohnya

إنى رأيت عواكب الدنيا - فتركت ما أهوى لما أخشى

 Artinya: sesungguhnya aku mengetahui seluruh akibat dunia. Karena itulah, maka aku tinggalkan apa yang aku ingini mengingat apa yang aku takuti.

Pada contoh tersebut mukhatab sedikit merasa ragu dan adanya keinginan untuk mengetahui hakikat. kalimat seperti ini sebaiknya ditambbah kalimat berita yang berkesan meyakinkan dan menghilangkan keraguan. Oleh karena itu dalam contoh ini kalimat tersebut diperkuat dengan inna.

c) Inkari(إنكارى) 

Inkari yaitu kalimat yang wajib disertai penguat dengan satu penguat atau lebih sesuai dengan frekuensi keinginannya. Contohnya

إنا لفى زمن ملان من فتن - فلا يعاب به ملانن من فرق

Artinya: Sesungguhnya kita hidup di zaman yang penuh fitnah, maka tidak dapat dicela orang yang diliputi ketakutan.

Pada contoh tersebut, mukhatabnya mengingkari dan menentang isi beritanya. Dalam kondisi seperti ini kalimat wajib disertai beberapa sarana penguat yang mampu mengusir keingkaran mukhatab dan menjadikannya menerima. Pemberian penguat ini harus disesuaikan dengan frekuensi keingkarannya. kalimat pada contoh tersebut diperkuat dengan dua penguat, yaitu inna dan lam.

b. Kalam Insya’ 

Kalam insya’ adalah ucapan yang tidak mengandung pengertian kebenaran dan kedustaan bagi zatnya. Kalam Insya’ terbagi dua yaitu:

1) Insya’ Thalabi (الإنشاء الطلبى)

Insya’ thalabi ialah kalimat yang menghendaki terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada waktu kalimat itu diucapkan. Ada beberapa jenis insya’ thalabi yaitu:

a. Amar (kalimat perintah)

Amar adalah menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Makna lain dari amr yaitu: Irsyad (bimbingan), Do’a, Iltimas (tawaran), Tamanni (harapan sulit), Takhyir (pemilihan), Taswiyah (menyamakan), Tajis (melemahkan mukhatab), Tahdid (ancaman) dan Ibahah (membolehkan).

Amar mempunyai empat macam redaksi, yaitu:

1. Fi’il Amar

contohnya اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَثِقَالاً 

2. Fi’il Mudhari’ yang didahului dengan lam amar

contohnya لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِه 

3. Isim Fi’il Amar

contohnya قُلْ هَلُمَّ شُهَدَاءكُم

4. Mashdar yang menggantikan fi’il amar. 

contohnya صَبْرًا عَلَى الْمَكَارِ هِ


b. Nahyi (larangan)

Nahyi ialah tuntutan tidak dilakukannya suatu perbuatan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang yang martabatnya lebih rendah. Terkadang sighat nahyi itu keluar dari arti ahlinya menjadi arti lain seperti dengan tujuan doa, iltimas, tamanni, irsyad, taubah, tai’is (pesimistis), tahdid, dan tahqir (penghinaan). Contohnya

 و لا تجلس إلى أهل الدنايا - فإن خلائق السفهاء تعدى

Arinya: Dan janganlah kamu berteman orang yang berselera rendah, karena akhlak orang  bodoh itu menular.

c. Istifham

Istifham ialah mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Diantara adatul istifham adalah

Hamzah contohnya أأنت المسافر أم أخوك؟

Hal contohnya هل ينوم الجماد؟

d. Tamanni 

Tamani ialah menyatakan keinginan terhadap yang disukai tetapi tidak mungkin untuk meraihnya. Bila dapat diharapkan tercapainya, maka disebut taraji. Kata-kata yang dipergunakan untuk tamanni adalah ليت, هل, لو, dan لعلى atas dasar tujuan balaghah. Contohnya:

فَليْتَ اللَّيْلَ فِيْهِ كاَنَ شَهْرًا - وَمَرَّ نَهَارُهُ مَرَّ السَّحَاب

‘Alangkah baiknya jika satu malam bulan ramadhan itu lamanya sebulan, sedangkan siangnya berjalan secepat perjalanan awan’

e. Nida’ (seruan)

Nida’ adalah menuntut tanggapan/perhatian, dengan menggunakan huruf nida sebagai pengganti lafazh Ad’uu. 

Huruf-huruf nida itu ada delapan : Hamzah (ء), ay (اي), yaa (يا), aa (أ), aay (أي), ayaa (ايا), hayaa (هيا), dan waa (وا). ء dan اي untuk memanggil munada yang dekat, sedangkan huruf nida’ yang lain untuk memanggil munada yang jauh. Adakalanya munada yang jauh dianggap dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida’ ء dan اي. ini merupakan isyarat atas dekatnya munada dalam hati orang yang memanggilnya. Adakalanya munada yang dekat dianggap jauh, lalu dipanggil dengan huruf nida’ selain ء dan اي. Hal ini sebagai petunjuk atas ketinggian derajat munada, atau kerendahan martabatnya. Contohnya:

فلقد علمت بان عفوك اعظم - يا رب ان عظمت ذنوبي كثرة

Wahai Rabb-ku, seandainya dosa-dosaku sangat besar, maka sesungguhnya aku tahu bahwa pengampunan-Mu itu lebih besar


2) Insya’ Ghair Thalabi(الإنشاء غير الطلب) 

Insya’ Ghair Thalabi yaitu merupakan kalimat yang tidak menghendaki terjadinya sesuatu. bentuk kalam Insya’ Ghair Thalabi diantaranya:

ta’ajjub ( kata pujian )

adz-dzamm (kata celaan)

qasam (sumpah)

kata yang diawali dengan أفعل الرجى, 

kata yang mengandung akad (transaksi)


3. Uslub-uslub (الأسلوب)

A. Pengertian Uslub (Gaya Bahasa)

Uslub  (الأسلوب) adalah cara mengungkapkan fikiran melalui Bahasa. Para ahli mendifinisikan bahwa uslub adalah cara mengungkapkan fikiran melalui Bahasa secara khas, yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai Bahasa itu. 

B. Kriteria Uslub yang Baik

Uslub yang baik yaitu efektifitas dalam balaghah , yaitu uslub yang dapat menimbulkan efek psikologis, bahkan efek artistik sehingga dapat menggerakan jiwa pembicara untuk memberikan respon perkataan atau reaksi perbuatan, sesuai dengan yang diinginkan oleh pembicara.

Uslub yang efektif harus memenuhi dua kriteria, yakni: 

1. Bernilai fashahah,

2. sesuai dengan almaqaam (situasi dan kondisi). 

Uslub yang efektif adalah uslub yang fasih sesuai dengan tujuan, mutakallim dan mukhatab, tempat dan waktu ujaran, latar belakang fisik dan lingkungan sosial.

C. Uslub-Uslub Ma’ani (أساليب المعانى)

a. Al Ijaz 

ijaz secara etimologi artinya ringkas, padat, sedikit kata tapi banyak makna. Ijazr terminologi ialah mengumpulkan makna yang banyak ke kata yang sedikit dengan jelas dan fasih. Uslub ijaz tercipta karena ada situasi (المقام/الحال) yang menghendaki kalimat berbentuk ijaz. Ijaz terbagi dua yaitu:

Ijaz Qisr yaitu Adalah ijaz dengan cara menggunakan ungkapan yang pendek tapi  banyak makna tanpa adanya pembuangan beberapa kata atau kalimat. ijaz Qisr berfungsi untuk pemfokusan dengan maksud penegasan atau penekanan yang terdapat pada bagian kalimat. القصر أسلوب ditempatkan pada awal kalimat (التقديم) atau memakai kata ganti pemisah ((الفصل ضمير atau dengan menggunakan alat focus ((القصر أدوات. Contohnya:

القصر بالتقديم: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

القَصْر بِضَمِيْر الْفَصْل:  إِنَّ هذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ الله

القَصْر بِالأَدَوَات : إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَآءُّ، إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

Ijaz Hadzf  yaitu ijaz dengan cara membuang kata atau kalimat dengan syarat terdapat qarinah yang menunjukan adanya lafadz yang dibuang tersebut. Hal yang dibuang tersebut terkadang adalah hurf, ism, jumlah, syibh jumlah, atau kalimat yang banyak. 

Alhadzf yaitu menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dari sintaksis yang lengkap, mulai dari menghilangkan huruf hijaiyah yang ikut membentuk suatu kata, kelompok kata sampai menghilangkan satu kalimat atau lebih. Dalam Bahasa Indonesia uslub hadzf disebut gaya ‘elipsis’.

Contohnya:

حَذْفُ الْمُبْتَدَأ  : وَمَآ أَدْرىكَّ ماَ هِيَة ، نَارٌ حِامِيَة (تقديره : هي نار حامية)

حَذْفُ الْفَاعِل : كَلاَّ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِى (تقديره : َلْفَاعِلُ مِنْ كَلِمَةِ "بَلَغَتْ" أَيْ اَلرُّوْحُ أَوِ النَّفْس)

حَذْفُ الْمَفْعُوْل : إِنَّ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ (تَقْدِيْرُهُ: "اَلْمَفْعُول الثَّانِى مَحْذُوْفٌ")

بِه: غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وِذِلَّةٌ فِى الْحَيوةِ الدُّنْيَا، وَكَذلِكَ نَجْزِى الْمُفْتَرِيْن (تقديره : "إِتَّخَذُوا الْعِجْلَ إِلَهًا")

حَذْفُ الْمَعْطُوْف عَلَيْه: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْه (تقديره : "كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً  )فَاخْتَلَفُوْا) - فبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ إلخ")

حَذْفُ جَوَابِ الشَّرْط: فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا، فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا الله (تقديره : أَيْ فَإِنْ خِفْتُم فـَّـ)صَلُّوْا) رِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا)


b. At-Tikrar  (التكرار)

At-tikrar adalah pengulangan pada situasi tertentu yang digunakan untuk mendapatkan kalimay yang efektif (bernilai Balaghah). Dari segi struktur, pengulangan (التكرار) dapat dikategorikan kepada tiga model perulangan, yaitu:

1. التكرار الحرف yaitu hurf yang dihubungkan oleh hurf ‘athaf atau istifham, tetapi ada pula yang tidak dihubungkan sama sekali. Contohnya

 القارعة (1) ما القارعة (2) وما أدرىك مالقارعة (3)

2. Attikrar tidak bersambungan, yang dimaksudkan adalah pengulangan tidak bersambung karena ada pemisah, seperti mausul terpisah oleh silah mausul. Contohnya أطيعوا الله و أطيعوا الرسول

3. Attikrar unsur pertama dalam jumlah, yang dimaksudkan adalah unsur pertama diulang jika jumlah atau kalimatnya terlalu panjang, sehingga jika tidak diulang maka kesatuan gagasan dalam kalimat itu menjadi tidak jelas atau kabur.  Contohnya 

إِن رَبكَ لِلذِيْنَ عَمِلُوا السُّوْءَّ بِجَهَالَةٍ ثُم تَابُوْا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوْا إِن رَبكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَحِيْم

c. Dzikr Khash Ba’da ‘Amm (ذرك الخاص بعد العام)

yaitu menyebutkan yang ‘am kemudian diikuti yang lebih khusus tujuannya untuk memberi penekanan atau menonjolkan yang khas. Contohnya:

حَافِظُوْا عَلَى الصلَوَاتِ وَالصلوةِ الْوُسْطى

d. Dzikr ‘Amm Ba’da Khas (ذكر العام بعد الخاص)

Yaitu memberikan penekanan pada yang ‘amm. Contohnya:

قُلْ إِن صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Tujuan ayat ini adalah memberikan kepada shalat sebagai ibadah terpenting


e. Al-I’tirad (الاعتراض)

yaitu menyisipkan ungkapan dalam teks. Contohnya:

فَإِن لمْ تَفْعَلُوا وَلَن تَفْعَلُوا فَاتقُوا النارَ التِي وَقُودُهَاالناسُ وَالْحِجَارَةُ

Kalimat ولن تفعلوا kalimat i’tiradh yang berguna untuk memberikan penegasan

f. Al-Fashl Baina Al-Jumlatain (الفصل بين الجملتين)

yaitu ada dua kalimat yang antara keduanya tidak dihubungkan dengan huruf ‘athaf waw yang berfungsi untuk menjelaskan makna kalimat. Contohnya

فوسوس إليه الشيطان /قال يا آدم هل أدلك على شجرة الخلد

g. Al-Iltifat (الإلتافت)

yaitu mengalihkan perhatian mukhatab dari satu ke yang lain misal dari kata ganti orang pertama menjadi kata ganti orang kedua atau ketiga dan sebaliknya. Contohnya:

الحمد لله رب العالمين (1) الرحمن الرحيم (2) مالك يوم الدين (3) اياك نعبد و إياك نستعين


No comments:

Post a Comment