A.
Pengertian
Penilaian
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi (angka, deskripsi verbal) yang bermakna dalam pengambilan keputusan dengan ukuran baik dan buruk dan bersifat kualitatif sebagai acuan satuan pendidikan dan pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas.
B.
Fungsi
Penilaian
Beberapa
fungsi penilaian antara lain:
a.
Fungsi
selektif yaitu untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu,
untuk memilih siswa yang dapat naik kelas, mendapatkan beasiswa dan berhak
meninggalkan sekolah.
b.
Fugsi
diagnostik, yaitu untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa.
c.
Fungsi
penempatan, untuk menempatkan siswa dalam kelompok yang mana ia ditempatkan
dalam proses pembelajaran.
d.
Fungsi
pengukur keberhasilan, Untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan sebuah program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
C.
Penilaian
Autentik
Istilah
autentik dalam kehidupan sehai-hari. Sebetulnya kata autentik dalam bahasa
Indonesia bermakna sah, boleh dipercaya, tidak diragukan (disangsikan); benar;
asli. Penilaian Autentik adalah penilaian secara menyeluruh dan berkelanjutan
terhadap siswa dari aspek kinerja untuk mengukur hasil belajar siswa, motivasi,
pemerolehan belajar, dan sikap siwa komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran serta meliputi
kemampuan menggunakan kognitif dan psikomotortik serta menampilkan afektif
secara ril dan nyata, sehingga apa yang diperoleh siswa merukapan pengetahuan
dan keterampilan yang betul-betul bisa menyelesaikan problem nyata di
lingkungan dan masyarakat siswa
D.
Tujuan
Penilaian Autentik
Muhammad
mengemukakan sepuluh tujuan utama penilaian autentik sebagai berikut
(Ath-Tharawanah, 2011: 9-11):
1.
Mengembangkan
kecakapan hidup dengan cara menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam dunia
nyata
2.
Meningktakna
keterampilan berfikir tingkat tinggi, berfikir dan memberikan respon kreatif
pada siswa
3.
Fokus pada
proses dan hasil proses belajar
4.
Menjadikan
siswa percaya diri
5.
Menjadikan
siswa berfikir dan menyelesaikan masalahnya
6.
Menjadikan
siswa anggota keluarga dan masyarakat yang produktif
7.
Meningkatkan
kemampuan siswa dalam evaluasi diri
8.
Mengumpulkan
berbagai data yang menunjukan tingkat pencapaian siswa pada hasil belajar
9.
Mengevaluasi
berbagai aspek kepribadian siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik)
10.
Menghubungkan
antar bagian pengetahuan yang berbeda dan untuk mencapai semua tujuan ini
penilaian tidak bisa hanya menggunakan strategi tradisional berupa kertas dan
pulpen melainkan harus menggunakan berbagai strategi penilaian seperti
portifolio, observasi dan projek.
E.
Teknik
dan Penilaian Penilaian Autentik
Instrumen
penilaian dalam pendidikan menurut Adilah harus memiliki empat kriteria
diantaranya
1)
dipilih
berdasarkan tujuan pendidikan,
2)
dipilih
berdasarkan keragaman tujuan penggunaannya,
3)
harus
memiliki karakteristik valid, reliable, objektif dan mudah digunakan, dan
4)
harus
komprehensif dan mempu membedakan siswa yang satu dengan yang lain.
Adilah
sendiri membedakan instrument penilaian pendidikan kepada instrument aspek
kepribadian dan sosilal serta instrument hasil belajar. Instrument kepribadian
dan sosial terdiri dari laporan-laporan, pengamatan terstruktur terhadap
perilaku siswa, pertenmuan sendiri , penilaian diri/evaluasi diri, kartu
perkembangan, bertaubat dan pemberian maaf dalam rangka perbaikan dalam
pendidikan Islam. Instrument hasil belajar terdiri dari tes lisan dan tes hasil
belajar yang terdiri dari tes objektif dan non-objektif (uraian)
Dalam
Permendikbud no 104 tahun 2014 ditambahkan bahwa teknik penilaian autentik
terdiri dari Tes tertulis,observasi dan penugasan. Bentuk soal tes tertulis
terdiri dari
a)
memilih
jawaban
(1)
pilihan
ganda,
(2)
dua pilihan
(benar-salah),
(3)
menjodohkan,
(4)
sebab-akibat,
b)
mensuplai
jawaban, terdiri dari
(1)
isian atau
melengkapi,
(2)
jawaban
singkat atau pendek,
(3)
uraian.
Soal
tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki
peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian.
Soal-soal
uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya
dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan tes tertulis
bentuk uraian antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan
membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban. Observasi dilakukan
pada Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan yang merupakan cerminan dari penilaian
autentik. Dan penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
F.
Penilaian
Tes sebagai Alat Penilaian Bahasa Arab
Pengembangan
menurut bahasa bermakna hal mengembangkan; pembangunan cara bertahap dan
teratur, dan yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Sementara tes Ujian
tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat,
dan kepribadian seseorang dan Percobaan untuk menguji kelaikan jalan suatu
kendaraan bermotor umum.
Yang
mirip dengan tes adalah ujian, yang berkata dasar uji dan bermakna percobaan
untuk mengetahui kualitas sesuatu. Sementara ujian itu sendiri yaitu:
·
kegiatan yang
dilakukan untuk menguji sesuatu;
·
hasil
menguji; pemeriksaan
Tes
itu berkembang dari masa ke masa, paling tidak secara umum fasenya dibagi
menjadi tiga fase yaitu:
Pertama,
fase tradisional dengan karakteristiknya yang belum ilmiah, belum jelas
arahnya, ditandai belum ditentukan tujuannya, dalam fase ini belum dikenal
istilah valid, reliabel dan daya beda. Contoh fase ini adalah tes terjemah dan
kaidah, tes dikte, mengarang atau tes mendengarkan, wawancara.
Kedua,
fase tes objektif yang sudah mengenal analisis statistik dalam menghitung
kualitas sebuah tes. Pada fase ini sudah dikenal istilah seperti tes masuk, tes
hasil belajar, tes diagnosis, tes kompetensi. Tes pada fase ini juga dikenal
dengan istilah tes deskrit atau tes komponen atau tes kemahiran terpisah.
Ketiga,
tes komunikatif yang sudah menggunakan teori psikososiolinguistik. Orientasi
tes ini adalah komprehensif dalam berbahasa dan pandangan bahwa bahasa adalah
alat komunikasi antara satu manusia dengan manusia yang lainnya.
1.
Tujuan
Pengembangan Tes Bahasa Arab
Tujuan
pengembangan tes bahasa Arab pada hakikatnya terbagi menjadi dua, yaitu:
Pertama
Tes tentang bahasa berkaitan dengan pengetahuan peserta didik terhadap
bunyi/huruf, kosa kata, tata bahasa, makna, budaya.
Kedua
tes kemahiran bahasa mengenai kemampuan peserta didik dalam menggunakan
berbagai komponen bahasa dalam kegiatan berbahasa, baik reseptif maupun
produktif.
Kemahiran
reseptif yaitu menyimak dan membaca, kemampuan produktif yaitu berbicara dan
menulis. Tes kemahiran bahasa sebetulnya yang menjadi inti pengembangan tes
bahasa Arab dibanding dengan tes tentang bahasa, meskipun guru bahasa Arab
tidak akan bisa menutup mata pentingnya penguasaan terhadap komponen-komponen
bahasa tersebut.
Meski
ada beberapa kasus peserta didik yang faham tentang komponen bahasa Arab namun
karena kurang latihan maka yang bersangkutan seringkali salah mengucapkan
ketika berbicara menggunakan bahasa Arab.
2.
Jenis
dan Bentuk Tes
a.
Tes
Tulis
Tes
tulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tulisan.
Tes tulis ini banyak digunakan di sekolah-sekolah, madrasah, bahkan hampir di
semua lembaga karena dianggap memiliki kelebihan dibanding dengan tes jenis
lainnya apalagi jika peserta tesnya dalam jumlah yang banyak. Dilihat dari
bentuknya, tes tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu tes objektif dan tes
subjektif
1) Tes Objektif
Tes
objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar dan salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif ini
ada beberapa bentuk sebagai berikut :
·
Benar-Salah
(shawab-khat)
Soal
tes yang berbentuk kalimat. Kalimat yang di sajikan bisa berupa kalimat yang
strukturnya benar ataupun salah. Peserta didik diharuskan untuk menentukan
benar atau salah kalimat tersebut
·
Pilihan Ganda
(multiple choice)
Soal
tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
·
Menjodohkan
(Matching test)
Soal
bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda adalah pilihan ganda terdiri atas stem
dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang
dianggap paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal
dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda,
yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan jawaban, dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan soal
·
Isian
Tes
bentuk isian adalah jenis tes yang menuntut peserta untuk menjawab secara
langsung dengan mengisikan satu kata, beberapa kata, atau kalimat pendek
·
Tes
Melengkapi
Tes
melengkapi yaitu salah satu jenis tes objektif yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Terdiri atas
susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan.
2.
Bagian-bagian
yang dihilangkan diganti dengan titik-titik.
3.
Titik-titik
itu harus diisi dengan jawaban.
Jadi
sebenarnya tes melengkapi ini mirip sekali dengan tes bentuk isian. Letak
perbedaannya adalah pada tes bentuk melengkapi bahan yang diteskan merupakan
satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes bentuk isian tidak harus demikian.
2) Tes Subjektif
Bentuk
uraian sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Penilaian dilihat dari luas-sempitnya
materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu:
a)
uraian
terbatas (restricted respons item)
Peserta
didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun
kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok
penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas yang
telah ditentukan.
b)
uraian bebas
(extended respons item)
Peserta
didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sitematika sendiri. Peserta
didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu,
setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda.
b.
Tes
Lisan
Tes
lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes ini tepat sekali dalam
mengukur kemampuan berbicara (kalam atau hadits) dan membaca (qira’ah).
Kemampuan berbicara terkait dengan aspek aksen, kegramatikalan, kelancaran,
ketepatan, diksi, uslub, ketepatan memberi dan merespon informasi, tekanan dan
kefasihan.
c.
Tes
Perbuatan
Tes
perbuatan atau praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Misal dalam bahasa Arab, tes membaca
nyaring, tes dialog dls. Tes ini tepat dalam menguji tes praktik berbahasa yang
real seperti tes dengan pendekatan pragmatik dan komunikatif. Dalam jenis tes
ini ada keterlibatan psikomotor anak dalam melaksanakan instruksi-instrtuksi di
dalam tes. Jika dilihat dari aspek berfikir maka tes jenis perbuatan ini
merupakan tes yang paling komprehensif dalam pembelajaran bahasa karena ia
mampu mengungkap kemampuan dan skill berbahasa Arab secara ril, bukan menguji
tentang bahasa Arab.
3.
Pendekatan
dalam Tes Bahasa Arab
Sebagai
suatu usaha yang titik berat kegiatannya adalah bahasa, penyelenggaraan
pembelajaran bahasa senantiasa dipengaruhi oleh pendekatan tertentu dalam ilmu
bahasa. terkadang seluruh penyelenggaraan pembelajarannya bahkan dirancang atas
dasar pendekatan yang digunakan. Bagaimana bahasa dimengerti dan disikapi
menurut suatu pendekatan ilmu bahasa tertentu, pertama-tama dapat mempengaruhi
penentuan tujuan pembelajarannya. Kajian tentang pendekatan tes bahasa dapat
dilakukan dengan kriteria yang berbeda. Dengan memperhatiakan rincian yang
berbeda-beda seperti dikemukakan oleh berbagai ahli, pendekatan tes bahasa
secara keseluruhan dapat dibedakan menjadi lima bagian, diantaranya:
a)
Pendekatan
Tradisional
Dalam
pendekatan tradisional, tes bahasa diselenggarakan tanpa mengacu kepada teori
kebahasaan tertentu sebagai dasar. Penerapannya tidak menuntut kemampuan khusus
dalam bidang tes bahasa, sehingga siapa pun yang mampu membelajarkan bahasa
dianggap mampu pula menyelenggarakan tes bahasa.
Pendekatan
tradisional ini sering juga disebut sebagai pendekatan esai dan terjemahan.
Selain terjemahan dan menulis esai, terdapat juga bentuk tes tata bahasa yang
memuat pertanyaan-pertanyaan tentang bahasa, bukan tentang penggunaan bahasa.
Pengembangan
tes yang tradisional, masih menggunakan cara tradisional, tidak menggunakan
langkah-langkah perencanaan yang matang dan tentunya validitas soal atau tesnya
sangat belum teruji. Biasanya yang membuat soal langsung guru yang mengajar
materi bahasa Arab, bisa mengajar dianggap bisa menyiapkan tesnya dengan baik.
b)
Pendekatan
Diskret
Pendekatan
diskret dalam tes bahasa bersumber pada pendekatan struktural yang dipelopori
oleh Robert Lado pada tahun 1961. Dalam pendekatan struktural, bahasa dianggap
sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi, dan terdiri dari
komponen-komponen bahasa, yaitu komponen bunyi bahasa, kosa kata, dan tata
bahasa.
Menurut
Imam dkk (2012:42) tes diskret atau otomistik adalah tes yang hanya menekankan
satu komponen saja, mengukur butir-butir spesifik misal tata bahasa (nahwu dan
sharaf), kosa kata, bunyi, makna, budaya yang tidak dikaitkan dengan penggunaan
bahasa secara ril. Dari strukturalisme, prinsip yang diambil adalah
(1)
bahasa itu
tuturan lisan dan bukan tulisan,
(2)
bahasa itu
merupakan suatu sistem.
Dalam
tes bahasa pendekatan diskret, satu bentuk tes dimaksudkan untuk mengukur
tingkat penguasaan terhadap satu, dan hanya satu jenis kemampuan berbahasa atau
komponen bahasa. Dalam pengertian itu, suatu bentuk tes bahasa hanya dapat
merupakan salah satu dari tes menyimak, tes berbicara, tes membaca, tes
menulis, atau tes bunyi bahasa, tes kosa kata, dan tes tatabahasa.
Model
tes yang berasaskan diskret menurut (Djiwandono 2008:103) adalah membedakan
bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain, misal bunyi ك
dengan ق, melafalkan bunyi bahasa tertentu misal
bunyi layyin, panjang (mad), bunyi syiddah dan lain sebagainya, menyebutkan
lawan kata, menyebutkan sinonim, menyebutkan jamak dari suatu kata, menyebutkan
mutsanna dari suatu kata, menyebutkan mufrad dari suatu kata jamak, menyebutkan
makna kata bahasa Arab, menyebutkan bahasa Arab dari kata bahasa Indonesia yang
disebutka, dan lain sebagainya.
c)
Pendekatan
Integratif
Yang
melandasi pendekatan integratif adalah
komponen-komponen yang terpisah itu digabungkan dalam satu butir soal.
Gabungan komponen bahasa bisa terjadi antara dua bahkan lebih komponen bahasa
Arab, semakin banyak gabungannya maka akan semakin integratif.
Kelebihan
tes ini adalah mampu menjawab kelemahan model diskret. Diantara tes bahasa Arab
yang termasuk kategori integratif adalah tes menyusun kalimat, tes menafisrkan
wacana singkat yang dibaca atau didengar, tes memahami bacaan yang dibaca atau
didengar, menyusun sebuah alinea berdasarkan kalimat-kalimat yang disediakan.
Bentuk
tes menggunakan kalimat, melengkapi kalimat atau teks bacaan, merupakan
beberapa bentuk tes yang sering ditemukan dalam tes dengan pendekatan
integratif.
Dalam
tes jenis ini, maka satu kata atau satu komponen bahasa diteskan dalam konteks
real dan dikaitkan dengan komponen lain, tidak berdiri sendiri.
d)
Pendekatan
Pragmatik
Dalam
pendekatan ini, bahasa dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang senyatanya yang
melibatkan tidak saja unsur-unsur kebahasaan seperti kata- kata, frasa, atau
kalimat, melainkan juga unsur-unsur di luarnya yang selalu terkait dalam setiap
bentuk penggunaan bahasa. secara pragmatik, pemahaman itu ditentukan pula oleh
pemahaman terhadap unsurunsur diluar unsur bahasa.
Tes
ini ada sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan tes diskret, yang digagas oleh
Oller. Akan tetapi tes model ini sangat sulit dilakukan berbeda dengan tes
diskret yang berkembang sebelumnya. Tes ini mampu mengurangi keartifisialan tes
sebelumnya. Perbedaanya dengan tes integratif sangat tipis akan tetapi bisa
disimpulkan dengan ungkapan “tes pragmatis pasti integratid dan tidak semua tes
integratif itu pragmatis”.
Unsur-unsur
kebahasaan, seperti penambahan atau pengurangan kata-kata secara tidak sengaja.
Unsur dapat pula berupa unsur non-kebahasaan, seperti peristiwa dan keadaan
sekitar, tingkah laku orang-orang sekitar, yang terjadi pada saat bersamaan
dengan suatu penggunaan bahasa. Dalam tes bahasa, pendekatan pragmatik
mendasari penggunaan beberapa jenis tes tertentu, khususnya dikte, tes cloze12
dan menulis.
Tes
yang dikembangkan atas dasar pendekatan pragmatik, ditandai adanya tugas untuk
memahami wacana. Selain test cloze jenis tes lainnya yang termasuk kategori
pragamatis adalah dikte (dictation), jawaban pertanyaan (question answering),
berbicara dan wawancara (oral interview), menulis (composition or easy
writing), bercerita (naration), dan terjemah (translation)
e)
Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan
komunikatif mendasarkan pandangan terhadap penggunaan bahasa dalam komunikasi
sehari-hari senyatanya. Suatu pendekatan dengan orientasi psikolinguistik dan
sosiolinguistik, pendekatan komunikatif mementingkan peranan unsur non-kebahasaan.
Pendekatan komunikatif secara rinci mempersoalkan seluk-beluk komunikasi, yang
merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa.
Seluk-beluk
komunikasi itu diantaranya meliputi unsur-unsur seperti siapa yang
berkomunikasi, bagaimana hubungan antara mereka melakukan komunikasi, apa
maksud dan tujuan dilakukannya komunikasi, dalam keadaan bagaimana komunikasi
terjadi, kapan dan bagaimana komunikasi terjadi, dan sebagainya.
Dalam
tes bahasa, penerapan pendekatan komunikatif berdampak terhadap beberapa segi
penyelenggaraannya, terutama jenis dan isi wacana yang digunakan, kemampuan
berbahasa yang dijadikan sasaran, serta bentuk tugas, soal atau pertanyaannya.
Semua itu ditentukan atas dasar ciri komunikatifnya, yaitu hubungan dan
kesesuaiannya dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi senyatanya
Langkah-langkah
dalam merancang tes komunikatif yaitu
a.
Deskripiskan
peserta didiknya; usia, jenis kelamin dan bahasa nasionalnya,
b.
Analisis
kebutuhan komunikasinya,
c.
Mendeskripsikan
materi tes,
d.
Menentukan
kemahiran bahasa yang akan dites
e.
Mengoreksi
dan mengevaluasi.
Sementara
Carrol mengemukakakan sepuluh langkah dalam menyusun tes komunikatif sebagai
berikut:
1.
Identifikasi
Peserta didik; Menjelaskan gambaran umum peserta didik terdiri dari bahasa ibu,
usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan lain sebagainya.
2.
Tujuan
menggunakan bahasa; Menjelaskan tujuan umum penggunaan bahasa: akademis,
professional, atau kehidupan sosial.
3.
Kegiatan;
Menentukan kegiatan utama yang akan dihadappi misal mencatatat pengamatan
masyarakat, menghadiri perkuliahan dan lain sebagainya.
4.
Media;
Menentukan media; menyimak, berbicara, membaca, menulis atau gabungan keduanya.
Siarang: langsung, rekaman, cetak, film dan lain sebagainya.
5.
Budaya dan
masyarakat; Menentukan hubungan sosial masyarakat, dialek serta faktor sosial
dan budaya.
6.
Tingkat
performance; Menentukan tingkat performance setiap media pada nomor empat:
kecepatan, kelenturan, keraguan dan pengulangan.
7.
Ranah setiap
tema; Menentukan tempat kegiatan pada nomor tiga
8.
Kemahiran
bahasa; Menentukan kemahiran yang dibutuhkan dalam kegiatan dan tingkat tujuan
yang beragam
9.
Fungsi
Bahasa; Membuat fungsi bahasa yang diinginkan serta membuat intonasi yang tepat
10. Bentuk tes; Menentukan jenis item tes apakah item terbuka,
tertutup ataukah item terstruktur
Dari kelima model pengembangan tes bahasa Arab berdasarkan pendekatan bahasa bisa juga diketegorikan ke dalam dua yaitu sistem terpisah dan sistem kesatuan. Yang termasuk kategori terpisah adalah tes diskret dan yang termasuk kategori kesatuan adalah tes tradisional, tes integratif, tes pragmatik dan tes komunikatif.
No comments:
Post a Comment