Pengukuran
Pengertian Pengukuran
Pengukuran dilakukan atas dasar aturan atau ketentuan yang sudah di susun secara baik dan benar, kemudian angka atau sekor yang diberikan tersebut sudah benar-benar dengan tepat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari suatu obyek. Dan pemberian angka bagi suatu obyek tersebut dilakukan secara sistematik.
Di dalam pengukuran ada proses pensekoran. Pensekoran ialah suatu proses mengubah jawaban instrumen mejadi angka-angka yang merupakan data kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item (butir) dalam instrumen. sekor ialah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir (item) yang oleh siswa telah dijawab betul.
Pengukuran dalam bidang pendidikan atau proses belajar mengajar ialah kegiatan pengukuran yang diarahkan untuk melihat potensi atau kemampuan, baik kemampuan dasar maupun kemampuan sebagai hasil belajar (achievement) yang dimiliki oleh siswa. Dalam proses pengukuran, guru menggunakan alat ukur atau instrumen tes atau non-tes.
Skala Pengukuran
Skala Pengukuran terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
Skala nominal
Skala nominal ialah skala yang bersifat kategorikal, jenis datanya hanya menunjukkan perbedaan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, misalnya, jenis kelamin, golongan, organisasi, dan sebagainya.
Skala ordinal
Skala ordinal merupakan hasil pengelompokan data dalam bentuk urutan atau jenjang, dimana jarak antara satu data dengan data yang lain tidak sama. Jelasnya skala ordinal skala yang memberikan perbedaan antara satu jenis data dengan jenis data yang lain berdasarkan besarkecilnya, tinggi-rendahnya, baik-buruknya dan lain sebagainya
Skala interval
Skala interval ialah skala yang mempunyai jarak yang sama antara satu data dengan data yang lain, oleh karena itu data interval dapat dioperasikan dengan operasi hitungan, namun tidak memiliki angka 0 mutlak.
Skala rasio
Skala rasio, sebagaimana skala ordinal menunjukan adanya tingkatan atribut dan sebagaimana skala interval mempunyai jarak yang sama antara satu angka dengan angka yang lainnya, hanya untuk skala rasio memiliki harga 0 mutlak.
Test
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Adapula yang mengartikan sebagai piring yang terbuat dari tanah.
Tes ialah alat ukur yang disusun secara sistematis, digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran yaitu untuk mengukur karakteristik orang atau obyek tertentu dengan ketentuan atau cara yang sudah ditentukan yang berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik.
Penggolongan tes ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, yaitu
Tes tertulis
Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test ialah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (Subektif) dan bentuk objektif (objective)
Tes Subyektif
Tes Subyektif sering disebut bentuk tes Uraian ialah salah satu jenis tes hasil belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat uraian katakata atau pembahasan.
Karakteristik Tes Uraian yaitu:
Berbentuk pertanyaan atau perintah yg menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yg umumnya cukup panjang.
Menuntut testee utk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, dsb
Jumlah butir terbatas berkisar lima sampai dengan sepuluh
Umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata jelaskan, mengapa, bagaimana atau kata-kata lain yg serupa dengan itu.
Ketepatan penggunaan tes uraian:
Digunakan untuk mengungkap pemahaman testee terhadap materi pelajaran, juga untuk mengungkap kemampuan dlm memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya
Jumlah testee terbatas
Adapun Keunggulan Tes Uraian yaitu Tes uraian dalam penyusunannya dan pelaksanaan dapat dilakukan mudah dan cepat, dan dapat dicegah spekulasi dalam menjawab soal, dapat mengetahui tingkat kedalaman dan penguasaan materi tsetee, dan testee termotivasi untuk berani mengungkapkan pendapatnya
Kelemahan dari tes uraian ialah Kurang mencakup dan mewakili isi materi, pengoreksian cukup sulit dan memerlukan waktu lebih panjang, kecenderungan subyektif dalam penskoran, pengkoreksian menjadi sulit diserahkan kepada orang lain, validitas dan reliabilitas tes umumnya rendah
Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian
Butir-butir soal mencakup ide-ide pokok
Susunan kalimat soal berlainan dengan yang terdapat dalam buku
Dibuat kunci jawabannya dan pedoman penilaiannya.
Pertanyaan-pertanyaan dibuat variasi
Kalimat soal disusun secara ringkas, padat dan jelas
Ada pedoman cara mengerjakan dan menjawab butir-butir soal
Test Uraian Terbagi Menjadi dua bagian yaitu:
Tes Uraian Terbatas
Dalam menjawab tes uraian terbatas ini, testee mengemukakan jawaban yang sifatnya sudah dibatasi. Walaupun jawaban testee bermacam-macam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya. Uraian terbatas menghendakti jawaban yang jelas, pasti atau obyektif. Digunakan untuk mengungkap kemampuan berfikir pada jenjang pengetahuan, pemahaman dan penerapan dalam ranah kognitif
Tes Uraian Bebas
Pada tes uraian terbuka testee (peserta tes) bebas dalam mengemukakan jawaban atau pendapatnya yang luas dan menyeluruh. Tes uraian terbuka pada umumnya digunakan pada jenjang kemampuan berfikir pada tingkat tinggi dari pengelompokan ranah kognitif. Pada tes uraian terbuka sepenuhnya jawaban ditentukan testee dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya sesuai dengan kemampuannya. Namun tester tetap harus mempunyai kriteria atau patokan dalam mengoreksi jawaban testee nanti.
Tes Objektif
Tes obyektif ialah tes hasil belajar yg terdiri dari butir-butir soal yg dapat dijawab testee (peserta tes) dgn jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata tertentu pd tempat yg telah disediakan.
Keunggulan Tes Obyektif
yaitu Tes obyektif lebih representatif mewakili materi, memungkinkan menjadi lebih obyektif, dalam mengoreksi menjadi lebih mudah, pengoreksian dapat dibantu orang atau dengan jasa komputer, dan butir-butir soal lebih mudah dianalisis.
Kelemahan Tes Obyektif
Menyusunnya tes obyektif lebih sulit, kurang dapat mengukur proses berfikir yg tinggi, dan testee terbuka untuk spekulasi dalam menjawab soal, dan mebuka kesempatan testee bekerja sama
Petunjuk operasional penyusunan tes obyektif
Testeer harus sering berlatih dalam menyusun tes obyektif,
Sebelum diujikan dilakukan analisa item (butir) pada butir soal.
Menggunakan tabel spesifikasi soal/kisi-kisi soal, menyusun kalimatnya sederhana ringkas dan jelas, soal disusun agar tidak menimbulkan penafsiran ganda, dan dalam merumuskan kalimat hendaknya menggunakan tanda-tanfa baca dan ditulis secara benar, serta adanya pedoman atau kunci jawaban
Penggolongan tes obyektif
Benar Salah (B – S)
Tes benar salah ialah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban. Salah satu fungsinya untuk membedakan antara fakta dengan pendapat dan banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana
Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda ialah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pernyataan yang belum lengkap. Untuk melengkapinya, siswa siswi diberikan beberapa jawaban dan diantara jawaban tersebut terdapat satu jawaban yang benar, Soal tes terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.
Menjodohkan
Tes menjodohkan ialah suatu bentuk tes yang terdiri dari dua kolom yang pararel, satu kolom terdiri atas keterangan atau pernyataan, sedangkan kolom lainnya terdiri atas jawaban.
Melengkapi
Tes melengkapi ialah suatu pernyataan yang belum lengkap yang meminta siswa siswi untuk melengkapinya dengan satu atau dua kata yang benar.
Jawaban Singkat
Tes jawaban singkat ialah tes isian tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan perkataan, ungkapan atau kalimat pendek sebagai jawaban
Tes lisan
Tes lisan digunakan untuk mengukur aspek yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi (communication skill), yang digunakan untuk menguji peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok. Melalui tes lisan guru mengetahui kemampuan testee (peserta didik/peserta tes) dalam menyampaikan pendapatnya secara langsung, dan dapat dihindari jawaban yang spekulatif, dan secara cepat dapat diketahui penguasaan testee (peserta didik). Hanya menggunakan tes lisan membutuhkan waktu yang lebih lama, dan tidak dapat dihindari terjadinya subjektivitas tester (pendidik/penguji), selain itu testee kurang leluasa dalam mengemukakan pendapatnya.
Hal yangharus diperhatikan Untuk menghindari terjadinya subyektifitas tes lisan yaitu:
Persiapkan instrumen (tes) tersebut beserta kunci jawabannya.
Segera laksanakan scoring pada setiap jawaban testee, dengan memperhatikan kelengkapan, kelancaran mengemukakan jawaban dan kebenaran jawaban serta kemampuan dalam mempertahankan pendapat
Selanjutnya diukur berapa persen pertanyaan yang sudah dijawab dengan benar oleh testee.
Guru tetap fokus untuk mempertahankan situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan dari awal pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan tes tersebut
Tes Perbuatan
Tes perbuatan /tes praktik ialah tes yang menuntut respon atau jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, , atau perbuatan dan testee (peserta didik) diminta untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan testeer (penguji) yang mengobservasi atau mengamati penampilan atau kemampuan testee dalam mempraktikannya.
Tes perbuatan mengarah pada penilaian penampilan (Performance Assesment), proyek yang dikerjakan (Project Asessment), dan produk yang dihasilkan (Product Assessment).
Testeer (pendidik/penguji) melakukan proses pengukuran dan penilaian serta memutuskan dari kualitas kemampuan siswa dari hasil belajarnya.
Hanya dengan melaksanakan tes perbuatan membutuhkan waktu yang lama, energi (tenaga) dan biaya yang lebih besar / banyak, serta sarana-prasarana yang memadai, jika semua tersebut tidak dipenuhi maka pelaksanaan tes perbuatan tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu perhatikan pula instrumen yang digunakan untuk menilai siswa agar sesuai dengan karakteristik dari testee yaitu dari aspek perkembangan psikologis testee. Begitu pula dalam proses pengamatan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh testee (peserta didik), testeer harus dapat membedakan dalam mensikapi testee dari fase usia atau tingkatan sekolah, antara fase kanak dan remaja berbeda. Jika fase kanak pengamatan dilakukan secara keseluruhan dahulu baru di sekor atau dinilai sedangkan jika fase remaja dapat disekor per-kegiatan dari ketrampilan yang diamati baru kemudian dilakukan pensekoran.
Tes perbuatan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjaan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan dan hasil/produk yang dihasilkan.
Penilaian
Definisi Penilaian
Penilaian dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata assessment yang diartikan menilai sesuatu. Penilaian ialah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Adanya kegiatan mempertimbangkan suatu keadaan atau gejala dengan menggunakan patokan-patokan tertentu seperti baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh pada penilaian dimaksudkan agar hasil pengukuran itu mempunyai arti atau makna.
Penilaian dapat diartikan pula sebuah proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut atau karakteristik seseorang, kelompok atau obyek berdasarkan suatu kriteria tertentu dalam rangka menafsirkan hasil pengukuran sehingga sehingga tampak jelas posisi atau keadaannya. Dapat dikatakan bahwa penilaian mempunyai arti yang lebih luas dari pada pengukuran, karena pengukuran merupakan langkah awal yang perlu diambil dalam rangka pelaksanaan penilaian dan evaluasi.
Arti nilai ialah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukan oleh siswa terhadap materi atau bahan yang di teskan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Nilai pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan guru atas kemampuan siswa atau atas jawaban betul yang diberikan guru kepada siswa dalam tes hasil belajar. Artinya makin tinggi kemampuan siswa atau makin banyak jumlah butir soal yang dijawab betul oleh siswa maka makin tinggi nilai yang diberikan kepada siswa, begitupula sebaliknya jika kemampuan siswa atau jawaban betul hanya sedikit maka penghargaan yang diberikan kepada siswa juga kecil atau rendah. Dan nilai itu dapat berbentuk angka atau huruf yang merupakan hasil ubahan dari sekor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya serta disesuaikan dengan standar tertentu.
Pendekatan Penilaian
Terdapat tiga pendekatan dalam penilaian, yaitu:
Assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran)
Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar setelah peserta didik selesai mengikuti proses pembelajaran, sebagai contoh ialah berbagai bentuk penilaian sumatif seperti ulangan akhir semester, ujian sekolah, dan ujian nasional.
Assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran)
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar, sehingga guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya, dan bagi guru Assessment for learning dapat digunakan sebagai umpan balik untuk meningkatkan kinerjanya, sebagai contoh penilaian formatif, misalnya tugas-tugas di kelas, presentasi, dan kuis
Assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran)
Assessment as learning mempunyai fungsi yang hampir sama dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut
Acuan Penilaian
Acuan penilaian yaitu setelah memperoleh skor mentah dari setiap peserta didik, maka langkah selanjutnya ialah mengubah skor mentah menjadi nilai. kegiatan penilaian pembelajaran dapat merujuk pada dua macam acuan yakni:
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan dalam penentuan nilai menggunakan standar mutlak atau standar absolut atau mengacu pada kriterium atau patokan, berarti jika menggunakan acuan tersebut maka anda harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan oleh guru.
Hasil penilaian peserta didik dibandingkan antara penguasaan kompetensi yang diputuskan yaitu dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Tujuan penilaian acuan patokan ialah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan patokan sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar, sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya.
Rumus yang digunakan dalam PAP ialah
Nilai =(Skor mentah)/(skor max ideal) X 100
Contohnya: Diketahui Skor mentah 60 dan skor maksimum ideal ialah 120
Nilai = Skor Mentah X 100
Skor Max Ideal
Nilai = 60 x 100
120
= 50
Sebagai contoh penilaian tes hasil belajar mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan acuan kriterium (PAP), siswa Andri mendapat nilai 80 yang di deperoleh dari hasil perhitungan:
Nilai = 40 x 100
50
= 80
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai pada nilai maka sekor mentah itu perlu diolah dahulu sehingga dapat diubah menjadi nilai. Dan nilai siswa Andri ialah 80 dengan skala huruf maka posisi (80-100) ialah A.
Penialaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma atau dikenal dengan penilaian beracuan kelompok dalam penentuan nilai menggunakan standar relatif. Dikatakan demikian, sebab dalam penentuan nilai hasil tes, skor mentah hasil tes peserta didik dibandingkan dengan sekor mentah yang dicapai oleh peserta didik lainnya dalam satu kelompok berarti kedudukan testee dimaksud bersifat relatif jika dibandingkan dengan kelompok lain.
Langkah-langkah pengubahan sekor mentah menjadi nilai:
Diketahui skor mentah siswa
Hitung mean
Hitung Standar Deviasi
Mengubah skor mentah menjadi nilai
Berbagai Jenis Nilai Standar, dapat dipilih sesuai kebutuhan:
Nilai standar berskala 5
Nilai standar berskala 9
Nilai standar berskala 11
Nilai standar Z
Dipergunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda
Nilai standar T
Angka skala yang menggunakan mean sebesar 50 (M=50) dan deviasi standar sebesar 10 (SD=10). T score dapat diperoleh dengan jalan memperkalikan z score dengan angka 10, kemudian ditambah dengan T score = 10 z + 50 atau T score = 50 + 10z
Contoh
Diketahui skor mahasiswa sebagai berikut :
17 25 30 34 37 42 50 17 27 31 34 37 42 50 15 20 27 31 35 37 43 50 21 27 31 35 38 43 50 21 28 32 36 38 44 22 29 32 36 38 46 22 29 32 36 39 47 24 30 33 36 40 50
Diketahui :
Mean = 34.25, SD = 8.79
Selanjutnya mengubah skor mentah menjadi nilai standar:
Berskala X5
X + 1,5 ( S) = 34,25 + 1,5 (8,79) = 47,438
X + 0,5 ( S) = 34,25 + 0,5 (8,79) = 38,646
X – 0,5 (S) = 34, 25 – 0,5 (8,79) = 29,853
X – 0,5 (S) = 34,25 – 1,5 (8,79) = 21,061
Mengkonversi skor mentah
Rentangan Skor :
A 48 keatas
B 39 - 47
C 30 - 38
D 22 - 29
E 21 kebawah
Contoh interpretasi : Skor 17 berada pada nilai E, skor 25 berada pada nilai D, skor 30 berada pada nilai C dan skor 39 berada pada nilai B, skor 50 berada pada nilai A
Evaluasi Pembelajaran
Definisi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang diartikan suatu tindakan untuk menentukan nilai dari sesuatu yang berakhir dengan mengambil suatu keputusan.
Evaluasi pembelajaran ialah proses untuk menentukan sampai sejauh mana kegiatan pembelajaran telah mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam evaluai pembelajaran ada evaluasi hasil belajar yang didalamnya berusaha untuk mengukur dan menilai hasil belajar selanjutnya di evaluasi untuk diputuskan apakah siswa tersebut lulus atau tidak lulus.
Terjadinya pengambilan keputusan dalam evaluasi dengan berdasarkan data yang didapat dari pengukuran dan penilaian hasil belajar yang menggunakan instrumen tes dan non tes yang mengukur dan menilai pada ranah kognitif, afektik dan psikomotorik.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan, sebagai bukti mengenai taraf kemajuan yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu.
Untuk mengetahui efektifitas dari metode pengajaran yang telah dipergunakan.
Memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya.
Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab berhasil dan tidak berhasilnya peserta didik
Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran Selain berfungsi untuk mengukur kemajuan perkembangan siswa dan menunjang penyusunan rencana pembelajaran berikutnya serta memperbaiki pembelajaran yang ada, fungsi lain dari evaluasi yaitu:
Memenuhi kebutuhan psikologis ditinjau dari pendidik dan peserta didik. Bagi peserta didik hasil evaluasi dapat menjadi pedoman untuk mengetahui kapasitas dan status dirinya ditengah kelompoknya. Bagi pendidik hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik selain dapat mengetahui sampai sejauhmana keberhasilannya dalam pembelajaran, juga sebagai perbaikan perencanaan pembelajaran berikutnya.
Memenuhi kebutuhan didaktik dimaksud berdasarkan hasil evaluasi dapat menilai hasil usaha yang telah dilakukan oleh peserta didiknya dan mengetahui posisi peserta didiknya ditengah kelompoknya, serta menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memerlukannya. Selain itu memberikan petunjuk tentang sejauh mana program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.
Memenuhi kebutuhan administratif dimaksud yaitu sebagai bahan laporan mengenai perkembangan dan kemajuan peserta didik dalam bentuk rapor dan nilai-nilai hasil evaluasi sangat penting pula sebagai bagian dalam mengambil suatu keputusan dalam pendidikan.
Prinsip Evaluasi Pembelajaran
Prinsip evauasi pendidikan digunakan sebagai rambu-rambu atau pedoman yang perlu dipegangi dalam melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. objektivitas dapat mempengaruhi penilaian pada saat pelaksanaan. Penskoran, dan pengambilan keputusan hasil belajar siswa, hallo effect, carry over effect, serta mechanic effect dapat menjadi penyebab tingginya unsur subjektivitas hasil penskoran dan penilaian.
Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran
Holistik (menyeluruh) dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
Valid, berarti penilaian harus mampu mengukur kompetensi hasil belajar sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan sehingga penilaian tersebut tepat sasaran
Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Objek Evaluasi Pembelajaran
Ranah Kognitif
Ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak, berupa pengetahuan /hafalan /ingatan. Ranah kognitif dibagi menjadi enam bagian, yaitu:
Pengetahuan yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengetahui adanya konsep, prinsip atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
Kata kerja operasional yang digunakan: mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi, yakni menterjemahkan, dan menafsirkan.
Kata kerja operasional yang digunakan: mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.
Kata kerja operasional diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
Kata kerja operasional yang digunakan: mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci, menunjukan hubungan antara, membagi, membuat diagram skema, menerima, membandingkan.
Evaluasi/penghargaan (evaluation) ialah kemampuan untuk menilai ketepatan: teori, prinsip, metoda, prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.
Kata operasional yang menunjukkan kemampuan pada tingkat analisis ini antara lain ialah mendebat, menilai, mengkritik, membandingkan, mempertahankan, membuktikan, memprediksi, memperjelas, memutuskan, memproyeksikan, menafsirkan, mempertimbangkan, meramalkan, memilih, dan menyokong.
Kreatif ialah kemampuan mengambil informasi yang telah dipelajari dan melakukan sesuatu atau membuat sesuatu yang berbeda dengan informasi itu.
Kata kerja operasional: membangun, mengkompilasi, menciptakan, mengabstraksi, mengarang, mengkategorikan, merekonstruksi, memproduksi, memadukan, mereparasi, menanggulangi, menganimasi, mengoreksi, memfasilitasi, menampilkan, menyiapkan, mengatur, merencanakan, meningkatkan, merubah, mendesain, menyusun, memodifikasi, menguraikan, menggabungkan, mengembangkan, menemukan, dan membuat.
Ranah Afektif
Internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan.
Kata kerja operasional yang digunakan: menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
Menanggapi/menjawab(responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.
Kata kerja operasional yang digunakan: menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten.
Kata kerja operasional yang digunakan: melaksanakan, menyatakan pendapat,mengambil prakasa, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih, ikut serta, menuntun, menolak, membenarkan.
Organisasi (organization) ialah jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.
Kata kerja operasional yang digunakan mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
Menghayati (characterization) ialah kemampuan seseorang untuk memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang cukup lama dan menjadi suatu pilosofi hidup yang mapan.
Kata kerja operasional yaitu mengubah perilaku, barakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan, memecahkan
Ranah Psikomotorik
Persepsi (perception) mencakup kemampuan mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua atau lebih perangsang menurut ciri-ciri fisiknya.
Kata kerja operasional ialah mengidentifikasi, mempersiapkan, menunjukkan, memilih, membedakan, menyisihkan, dan menghubungkan.
Kesiapan (set) yakni menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan.
Kata Kerja opersional yaitu menunjukkan, menafsirkan, menerjemahkan, memberi contoh, mengklasifikasikan, merangkum, memetakan menginterpolasikan, mengekstrapolasikan, membandingkan, dan mengkontraskan, Gerakan terbimbing (guided response) yaitu kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak sesuai contoh. Kata kerja operasional antara ialah mendemonstrasikan, melengkapi, menunjukkan, menerapkan, dan mengimplementasikan.
Gerakan terbiasa (mechanical response) berupa kemampuan melakukan gerakan dengan lancar karena latihan cukup.
Kata kerja operasional antara lain menguraikan, menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, membuat pola, dan menyusun.
Gerakan kompleks (complex response) mencakup kemampuan melaksanakan keterampilan yang meliputi beberapa komponen dengan lancar, tepat, urut, dan efisien.
Kata kerja operasional antara lain membuat hipotesis, merencanakan, mendesain, menghasilkan, mengkonstruksi, menciptakan, dan mengarang.
Penyesuaian polagerakan (adjusment) yaitu kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerakan sesuai kondisi yang dihadapi.
Kata kerja operasional ialah mengubah, mengadaptasikan, mengatur kembali, dan membuat variasi.
Kreativitas (creativity) berupa kemampuan untuk menciptakan pola gerakan baru berdasarkan inisiatif dan prakarsa sendiri.
kata kerja operasional ialah merancang, menyusun, menciptakan, mengkombinasikan, dan merencanakan
No comments:
Post a Comment