Wednesday, 8 December 2021

Psikolinguistik

 

1. Pengertian Psikolinguistik

Secara bahasa, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan Linguistik. Psikologi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon, dan hakikat proses proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Linguistik yaitu ilmu yang mengkaji bahasa. 

Psikolinguistik adalah ilmu yang menguraikan proses psikologis yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia. 

Adapun definisi Psikolinguistik menurut beberapa ahli yaitu:

a. Aitchison (1984), psikolinguistik sebagai studi tentang bahasa dan pikiran. 

b. Mech (2020) psikolinguistik adalah sebuah studi proses kognitif yang mendukung pemerolehan berbahasa, pemahaman terhadap bahasa target dan bagaimana cara memproduksinya. 

Tujuan utama seorang psikolinguis ialah menemukan struktur dan proses yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa dan menggali apa yang terjadi ketika individu yang berbahasa. 

2. Pokok Bahasan Psikolinguistik

Psikolinguistik memiliki kaitan yang erat dengan proses belajar-mengajar bahasa. Aicthison (1984) menyatakan bahwa permasalahan yang dikaji oleh psikolinguistik, yakni: 

a. Pemerolehan bahasa

Apakah manusia memperoleh bahasa karena dia dilahirkan dengan dilengkapi pengetahuan khusus tentang kebahasaan? Atau mereka dapat belajar bahasa karena mereka adalah binatang yang sangat pintar sehingga mampu memecahkan berbagai macam masalah?

b. Hubungan Antara Bahasa Dan Penggunaan Bahasa

Linguis sering menyatakan dirinya adalah orang yang memberikan representasi bahasa internal seseorang. Seseorang yang belajar bahasa melakukan tiga hal: 

(a) Memahami kalimat (dekode) > penggunaan bahasa 

(b) Menghasilkan kalimat (enkode) > penggunaan bahasa 

(c) Menyimpan pengetahuan bahasa > pengetahuan bahasa 

Linguis lebih tertarik pada butir c. Apa yang perlu diketahui seseorang psikolinguis ialah: benarkah mengasumsikan bahwa tipe tata bahasa yang disampaikan oleh linguis sesungguhnya mencerminkan pengetahuan individual yang terinternalisasikan tentang bahasanya dan Bagaimana pengetahuan itu digunakan ketika seseorang menghasilkan tuturan (enkode) atau memahami tuturan (dekode)?.

c. Proses Produksi Dan Pemahaman Tuturan.

Dengan mengasumsikan bahwa penggunaan bahasa tidak berbeda dengan pengetahuan bahasa, apakah sesungguhnya yang terjadi ketika seseorang itu menghasilkan tuturan (berenkode) atau memahami tuturan (berdekode)? 


3. Cabang-Cabang Psikolinguistik 

Disiplin psikolinguistik telah berkembang begitu pesat sehingga melahirkan beberapa subdisiplin baru untuk memusatkan perhatian pada bidang-bidang khusus tertentu. Beberapa Subdisiplin psikolinguistik yaitu:

a. Psikolinguistik Teoretis 

mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa, misalnya tentang hakikat bahasa, ciri bahasa manusia, teori kompetensi dan performansi (Chomsky) atau teori langue dan parole (Saussure)

b. Psikolinguistik Perkembangan

Psikolinguistik perkembangan berbicara tentang pemerolehan bahasa.

c. Psikolinguistik Sosial

Psikolinguistik sosial sering juga disebut sebagai psikososiolinguistik berbicara tentang aspekaspek sosial bahasa, misalnya, sikap bahasa, akulturasi budaya, kejut budaya, jarak sosial, periode kritis budaya, pajanan bahasa, pendidikan, lama pendidikan,

d. Psikolinguistik Pendidikan

Psikolinguistik pendidikan berbicara tentang aspekaspek pendidikan secara umum di sekolah, terutama mengenai peranan bahasa dalam pengajaran bahasa pada umumnya, khususnya dalam pengajaran membaca, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpidato, dan pengetahuan mengenai peningkatan berbahasa dalam memperbaiki proses penyampaian buah pikiran

e. Neuropsikolinguistik

Neuropsikolinguistik berbicara tentang hubungan bahasa dengan otak manusia. 

f. Psikolinguistik Eksperimental

Psikolinguistik eksperimental berbicara tentang eksperimen dalam semua bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa.

g. Psikolinguistik Terapan

Psikolinguistik terapan berbicara tentang penerapan temuan-temuan keenam subdisiplin psikolinguistik.

 

4. Perkembangan dan Tokoh-Tokoh Psikolinguistik

Pada masa lampau ada dua aliran yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologi dan linguistik yaitu:

Aliran yang pertama adalah aliran yang cenderung mengkaji bagian yang membentuk suatu benda sampai ke bagian-bagiannya yang paling kecil dan mendasarkan kajiannya pada faktor-faktor luar yang langsung dapat diamati. Aliran ini sering disebut sebagai kajian yang bersifat atomistik dan sering dikaitkan dengan asosianisme dan positivisme. 

Aliran yang kedua adalah rasionalisme yang cenderung mengkaji prinsip-prinsip akal yang bersifat batin dan faktor bakat yang bertanggung jawab mengatur perilaku manusia. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu kesatuan yang utuh dan menganggap batin atau akal ini sebagai faktor yang penting untuk diteliti guna memahami perilaku manusia. Oleh sebab itu, aliran ini dianggap bersifat holistik dan dikaitkan dengan nativisme, idealisme, dan mentalisme. 

Jauh sebelum psikolinguistik berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu sebenarnya telah banyak dirintis kerja sama dalam bidang linguistik yang memerlukan psikologi dan sebaliknya.

 

Linguistik Menurut Ahli Linguistik 

1. Wilhelm von Humboldt, 

seorang ahli linguistik berkebangsaan Jerman yang pada awal abad 19 telah mencoba mengkaji hubungan bahasa dengan pikiran. Von Humboldt memperbandingkan tata bahasa dari bahasa yang berbeda dan memperbandingkan perilaku bangsa penutur bahasa itu. Hasilnya menunjukkan bahwa bahasa menentukan pandangan masyarakat penuturnya. Pandangan Von Humboldt itu sangat dipengaruhi oleh aliran rasionalisme yang menganggap bahasa bukan sebagai satu bahan yang siap untuk diklasifikasikan seperti anggapan aliran empirisme. Tetapi bahasa itu merupakan satu kegiatan yang mempunyai prinsip sendiri dan bahasa manusia merupakan variasi dan satu tema tertentu. 

2. Ferdinand de Saussure

Pada awal abad 20, Ferdinand de Saussure (1964) seorang ahli linguistik bangsa Swis telah berusaha menjelaskan apa sebenarnya bahasa itu dan bagaimana keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi). Dia memperkenalkan konsep penting yang disebutnya sebagai langue (bahasa), parole (bertutur) dan langage (ucapan). De Saussure menegaskan bahwa objek kajian linguistik adalah langue, sedangkan parole adalah objek kajian psikologi. Hal itu berarti bahwa apabila kita ingin mengkaji bahasa secara tuntas dan cermat, selayaknya kita menggabungkan kedua disiplin ilmu itu karena pada dasarnya segala sesuatu yang ada pada bahasa itu bersifat psikologis. 

3. Edward Sapir 

Edward Sapir seorang sarjana Linguistik dan Antropologi Amerika awal abad ke20 telah mengikutsertakan psikologi dalam kajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi dapat memberikan dasar yang kuat bagi kajian bahasa. Sapir juga telah mencoba mengkaji hubungan bahasa dengan pikiran. Simpulannya ialah bahasa itu mempengaruhi pikiran manusia. Linguistik menurut Sapir dapat memberikan sumbangan penting bagi psikologi gestalt dan sebaliknya, psikologi gestalt dapat memberikan sumbangan bagi linguistik. 

4. Bloomfield

Pada awal abad ke20, Bloomfield, seorang linguis dari Amerika Serikat dipengaruhi oleh dua buah aliran psikologi yang bertentangan dalam menganalisis bahasa. Bloomfield berpendapat bahwa bahasa itu merupakan ekspresi pengalaman yang lahir karena tekanan emosi yang yang sangat kuat. Karena tekanan emosi yang kuat itu, misaInya, munculnya kalimat seruan. Sejak tahun 1925, Bloomfield meninggalkan mentalisme dan mulai menggunakan behaviorisme dan menerapkannya ke dalam teori bahasanya yang sekarang terkenal dengan nama linguistik struktural atau linguistik taksonomi. 

5. Jespersen

Jespersen, seorang ahli linguistik Denmark terkenal telah menganalisis bahasa dari sudut pandang mentalisme dan yang sedikit berbau behaviorisme. Menurut jespersen, bahasa bukanlah sebuah entitas dalam pengertian satu benda seperti seekor anjing atau seekor kuda. Bahasa merupakan satu fungsi manusia sebagai simbol di dalam otak manusia yang melambangkan pikiran atau membangkitkan pikiran. Menurut Jespersen, berkomunikasi harus dilihat dari sudut perilaku (jadi, bersifat behavioris). 


Linguistik Menurut Ahli Psikologi

a. John Dewey 

Seorang ahli psikologi Amerika Serikat yang dikenal sebagai pelopor empirisme murni, telah mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. 

b. Wundt 

seorang ahli psikologi Jerman yang terkenal sebagai pendukung teori apersepsi dalam psikologi menganggap bahwa bahasa itu sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran. Menurut Wundt, bahasa pada mulanya lahir dalam bentuk gerak-gerik yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang sangat kuat secara tidak sadar. Kemudian terjadilah pertukaran antara unsur-unsur perasaan itu dengan unsur-unsur mentalitas atau akal. Komponen akal itu kemudian diatur oleh keasadaran menjadi alat pertukaran pikiran yang kemudian terwujud menjadi bahasa. Teori performansi bahasa yang dikembangkan Wundt itu didasarkan pada analisis psikologis yang dilakukannya yang terdiri atas dua aspek, yakni 

(1) Fenomena fisis yang terdiri atas produksi dan persepsi bunyi, 

(2) Fenomena batin yang terdiri atas rentetan pikiran. 

c. Titchener

Seorang ahli psikologi berkebangsaan Inggris di Amerika Serikat yang kemudian terkenal dengan psikologi kesadaran atau psikologi introspeksi. Pengenalan dan penyebaran teori introspeksi itu kemudian telah mencetuskan satu revolusi psikologi di Amerika Serikat dengan berkembangnya teori behaviorisme di mana kesadaran telah disingkirkan dari psikologi dan dari kajian bahasa. 

d. Pillsbury dan Meader

ahli psikologi mentalisme Amerika Serikat. Menurut Pillsbury dan Meader bahasa adalah satu alat untuk menyampaikan pikiran, termasuk gagasan, dan perasaan. Mengenai perkembangan bahasa, Meader mengatakan bahwa manusia mula-mula berpikir kemudian mengungkapkan pikirannya itu dengan katakata dan terjemahan.

e. Watson 

Seorang ahli psikologi behaviorisme Amerika Serikat. Dalam pandangan Watson, perilaku bahasa itu sama saja dengan sistem otot saraf yang berada dalam kepala, leher, dan bagian dada manusia. Tujuan utama Watson pada mulanya adalah menghubungkan perilaku bahasa yang implisit, yaitu pikiran dengan ucapan yang tersurat, yaitu bertutur. Akhirnya Watson menyelaraskan perilaku bahasa itu dengan kerangka respon yang dibiasakan menurut teori Pavlov. 

f. Buhler 

Seorang ahli psikologi dari Jerman mengatakan bahwa bahasa manusia mempunyai tiga fungsi, yaitu ekspresi, evokasi, dan representasi. la menganggap definisi bahasa yang diberikan Wundt agak berat sebelah. Menurut Buhler, ada lagi fungsi bahasa yang sangat berlainan yang tidak dapat dimasukkan ke dalam gerakan ekspresi, yaitu koordinasi atau penyelarasan. 

g. Weiss

seorang ahli psikologi behaviorisme Amerika yang terkenal dan sealiran dengan Watson. Weiss mengakui adanya aspek mental bahasa, tetapi karena aspek mental itu bersifat abstrak (tak wujud) sukarlah untuk dikaji atau didemontrasikan. Menurut Weiss, tugas seorang psikolinguis sebagai peneliti yang terlatih dalam dua disiplin ilmu, yakni psikologi dan linguistik, adalah sebagai berikut. 

(1) Menjelaskan bagaimana perilaku bahasa menghasilkan satu alam pengganti untuk alam nyata yang secara praktis tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. 

(2) Menunjukkan bagaimana perilaku bahasa itu mewujudkan sejenis organisasi sosial yang dapat ditandai sebagai sekumpulan organisasi kecil yang banyak. 

(3) Menerangkan bagaimana menghasilkan satu bentuk organisasi dan di dalam organisasi itu pancaindera dan otot seseorang dapat ditempatkan agar dapat dipakai dan dimanfaatkan oleh orang lain. 

(4) Menjelaskan bagaimana perilaku bahasa menghasilkan satu bentuk perilaku yang menjadi fungsi setiap peristiwa di alam ini yang telah terjadi, sedang terjadi, atau akan terjadi, di masa depan. 

h. Kantor 

seorang ahli psikologi behaviorisme Amerika mencoba meyakinkan ahli-ahli linguistik di Amerika bahwa kajian bahasa tidaklah menjadi monopoli ahli Linguistik. Menurut Kantor, bahasa merupakan bidang garapan bersama yang dapat dikaji baik oleh ahli psikologi maupun oleh ahli bahasa. Bahasa tidak boleh dianggap sebagai alat untuk menyampaikan ide, keinginan, atau perasaan, dan bahasa bukanlah alat fisis untuk proses mental, melainkan perilaku seperti perilaku manusia yang lain. 

i. Caroll

seorang ahli psikologi Amerika Serikat yang sekarang merupakan salah satu tokoh psikolinguistik modern telah mencoba mengintegrasikan fakta-fakta yang ditemukan oleh linguistik murni seperti unit ucapan, keteraturan, kadar kejadian dengan teori psikologi pada tahun 40an. Kemudian ia mengembangkan teori simbolik, yakni teori yang mengatakan bahwa respon kebahasaan harus lebih dulu memainkan peranan dalam keadaan isyarat sehingga sesuatu menjelaskan sesuatu yang lain dengan perantaraan. Keadaan isyarat itu haruslah sedemikian rupa sehingga organisme dengan sengaja bermaksud agar organisme lain memberikan respon kepada isyarat itu sebagai satu isyarat.

 

Kerjasama Antara Ahli Psikologi dan Linguistik

1) Heyman Steinhal dan Moritz Lazarus

kerja sama yang benar-benar terjadi antara ahli psikologi dan linguistik itu telah terjadi sejak tahun 1860, yaitu ketika Heyman Steinhal, seorang ahli psikologi bertukar menjadi ahli linguistik dan Moritz Lazarus seorang ahli linguistik bertukar menjadi ahli psikologi. Mereka berdua menerbitkan jurnal yang khusus memperbincangkan psikologi bahasa dari sudut psikologi dan linguistik. Steinhal mengatakan bahwa ilmu psikologi tidaklah mungkin hidup tanpa ilmu bahasa. 

2) Albert Thumb dan Karl Marbe

Pada tahun 1901, di Eropa, Albert Thumb seorang ahli linguisstik telah bekerja sama dengan seorang ahli psikologi Karl Marbe untuk menerbitkan buku yang kemudian dianggap sebagai buku psikolinguistik pertama yang diterbitkan, tentang penyelidikan eksperimental mengenai dasar-dasar psikologi pembentukan analogi pertuturan. Kedua sarjana itu menggunakan kaidah-kaidah psikologi eksperimental untuk meneliti hipotesis-hipotesis linguistik. 

3) Osgood, Sebeok dan Caroll

Di Amerika Serikat usaha ke arah kerja sama secara langsung antara, ahli linguistik dan ahli psikologi. Osgood (ahli psikologi), Sebeok (ahli linguistik) dan Caroll (ahli psikologi) mengadakan seminar bersama-sama. Hasil dari seminar tersebut adalah terbitnya buku Psikolinguistik yang berjudul Psycholinguistic, a survey of theory and research problems pada tahun 1954 yang disunting oleh Osgood dan Sebeok. 

Dalam tulisannya, Osgood menjelaskan teori baru dalam behaviorisme yang dikenal dengan neobehaviorisme yang dikembangkan oleh Mowrer, yakni seorang ahli psikologi yang sangat berminat untuk mengkaji bahasa. Pandangan Osgood itu kemudian terkenal dengan teori mediasi, yaitu suatu usaha mengkaji peristiwa batin yang menengahi stimulus dan respon yang dianggap oleh Skinner sebagai usaha untuk memperkukuh peranan akal ke dalam psikologi yang oleh kaurn behaviorisme dianggap tidak ilmiah karena peristiwa itu tidak dapat diamati secara langsung. 

Osgood merasakan kekuatan teorinya itu dengan dukungan Lenneberg. Lenneberg berpendapat bahwa manusia memiliki kecenderungan biologis yang khusus untuk memperoleh bahasa yang tidak dimiliki oleh hewan. Alasan Lenneberg untuk membuktikan hal tersebut adalah sebagai berikut: 

(1) Terdapatnya pusat-pusat yang khas dalam otak manusia; 

(2) Perkembangan bahasa yang sama bagi semua bayi; 

(3) Kesukaran yang dialami untuk menghambat pertumbuhan bahasa pada manusia; 

(4) Bahasa tidak mungkin diajarkan kepada makhluk lain; 

(5) Bahasa itu memiliki kesemestaan bahasa (language universal) 


5. Perubahan Arah Teori Psikolinguistik

Teori psikolinguistik secara radikal setidak-tidaknya mengalami lima perubahan arah setelah berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu tersendiri pada tahun 50-an. Perubahan itu dapat disarikan sebagai berikut:

1. Periode 1, Selama tahun 50-an teori Psikolinguistik dipengaruhi oleh pandangan teori behavioristik seperti yang dikembangkan Skinner dan teori taksonomi struktural seperti yang dikembangkan Bloomfield.

2. Periode 2 Selama tahun 60-an dan awal tahun 70-an pandangan mentalistik kognitivis dari transformasionalis seperti Chomsky mendominasi semua aspek Psikolinguistik.

3. Periode 3 Perubahan tekanan pada periode ini menuju ke arah pragmatik komunikatif. Aspek bahasa dalam lingkaran teori transformasional secara mendalam masih mempengaruhi teori Psikolinguistik dan juga pengajaran bahasa kedua pada tahun 70-an.

4. Periode 4 Pada akhir dekade terakhir pandangan Pragmatik atau Sosiolinguistik menjadi arus utama pada periode ini.

5. Periode 5 Pada tahun-tahun terakhir diusulkan model integratif yang terdiri atas komponen behavioral dan kognitif serta ciri kepribadian


6. Proses Berbahasa: Produktif dan Reseptif

De Saussure seorang linguis dari Swiss menyatakan bahwa proses bertutur atau tindak bahasa itu merupakan rantai hubungan di antara dua orang atau lebih penutur A dan pendengar B (Simanjuntak, 1987). Perilaku tuturan itu terdiri atas bagian fisik yang terdiri atas mulut, telinga dan bagian dalam yaitu bagian jiwa atau akal yang terdapat dalam otak bertibdak sebagai pusat penghubung. 

Apabila kita menguasai suatu bahasa, maka dengan mudah tanpa ragu-ragu kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya. Teori semacam itu merupakan teori Chomsky. Teori itu terutama menyangkut sepasang pembicara yang ideal dalam suatu masyarakat bahasa, di mana kedua pembicara itu mempunyai kemampuan yang sama. Penutur dan pendengar harus mengetahui bahasanya dengan baik. Terjadinya proses komunikasi bahasa membutuhkan interaksi dari bermacammacam faktor, yaitu kompetensi bahasa penutur dan pendengar sebagai pendukung komunikasi tadi. Chomsky membedakan kompetensi bahasa, yaitu: 

1. Memahami Tuturan

Masalah menghasilkan tuturan dan memahami tuturan dalam komunikasi merupakan masalah yang rumit jika ditinjau dari sudut bahasa. Masalah utamanya adalah mungkin saja hubungan di antara keduanya itu tidak merupakan hubungan langsung. Tentu saja asumsi semacam itu tidak berdasar dan paling tidak ada beberapa kemungkinan hubungan, di antaranya sebagai berikut.

1) Menghasilkan dan memahami tuturan merupakan dua hal yang memang sama sekali berbeda. 

2) Memahami tuturan itu tidak lain adalah menghasilkan tuturan dan sebaliknya 

3) Memahami tuturan dan menghasilkan tuturan itu sama saja 

4) Memahami tuturan dan menghasilkan tuturan itu mungkin sebagian sama dan sebagian yang lain berbeda.

Rentangan pilihan itu harus kita pertimbangkan untuk memperlakukan pemahaman dan prouksi ujaran itu secara terpisah. Proses produksi kalimat itu pada hakikatnya bermula dari makna dan kemudian pembicara menggantikannya dengan bunyi bahasa dan pendengar menggantikannya dengan makna. Dalam menghasilkan kalimat atau tuturan, urutan ketat antara tahap-tahap semantik, sintaksis, dan fonetik tidak perlu harus ditaati. Kadang-kadang urutan itu bisa dilompati.

Dalam proses memahami tuturan, sebenarnya telah terjadi proses mental dalam diri pendengar. Pendengar tidak hanya secara pasif mendaftar bunyi-bunyi itu saja, tetapi ia secara aktif memproses dalam pikirannya. Ada tuturan yang mudah dipahami dan ada pula tuturan yang sukar dipahami. Tuturan itu sukar bagi pendengar apabila tuturan itu tidak sesuai dengan harapan kebahasaannya dan jauh dari batas psikologis tertentu. Pendengar merekonstruksi secara aktif bunyi bahasa dan kalimat dalam keselarasannya dengan harapan, baik secara kebahasaan maupun psikologis.

Pendengar memproses bunyi-bunyi itu secara aktif, melihat berbagai kemungkinan pesan bunyi itu dengan menggunakan latar belakang pengetahuannya tentang bahasa. 

Ketika seseorang siap untuk memahami tuturan ia sebenamya mencocokkan tuturan itu dengan sejumlah asumsi atau harapan tentang struktur dan isi kalimat bahasanya. Kalimat yang cocok dengan harapannya akan lebih mudah dipahami dan yang tidak cocok akan sukar dipahami. Ada empat asumsi menurut Aitchison (1984), yakni sebagai berikut.

1) Asumsi 1: Setiap kalimat terdiri atas satu atau dua penggalan bunyi dan setiap penggalan secara normal merupakan frase kata benda yang diikuti oleh frase kata kerja dan secara manasuka diikuti oleh frase kata benda yang lain. 

2) Asumsi 2: Dalam urutan ‘frase kata bendakata kerjafrase kata benda’, kata benda yang pertama biasanya adalah pelaku dan yang kedua adalah objek. Begitulah kalimat itu mempunyai urutan pelaku tindakan dan objek

3) Asumsi 3: Bila sebuah kalimat kompleks dibentuk dari klausa utama dan klausa bawahan, klausa utama itu biasanya muncul lebih dulu

4) Asumsi 4: Kalimat itu biasanya membentuk makna. Artinya, orang itu mengatakan sesuatu yang mempunyai makna dan tidak hanya asal berbicara.

2. Produksi Ujaran

Tujuan proses produksi ujaran adalah untuk menghasilkan seperangkat bunyi yang digunakan untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. Hal itu dilakukan dengan menggunakan rumus sintaksis dan fonologi secara kompleks dan dengan secara terus menerus menggunakan pertalian bunyi makna. Gagasan yang hendak disampaikan oleh penutur mengandung dua asas, yaitu tujuan dan proposisi. 

Komponen tujuan menyampaikan makna melibatkan keinginan penutur untuk menyampaikan proposisi kepada pendengar. Topik seperti itu dalam bidang linguistik lazim diperbincangkan dalam bagian tindak bahasa (speech act) dan tindak ilokusi (illocutionary act). 

Pengetahuan merupakan cadangan atas sejumlah unsur konsep dan pertalian konsep dan dengan ini pengetahuan tentang dunia (selain pengetahuan bahasa) dibina dan disimpan. Cadangan utama konsep ini dimiliki semua bahasa manusia. 

Tujuan dan Proposisi merupakan pokok pikiran yang hendak disampaikan penutur kepada orang lain (pendengar). Pokok ini bersifat konseptual dan bukan bersifat kebahasaan. Penyampaian pikiran dilakukan dalam bentuk kebahasaan atau dalam bentuk tingkah laku. Tujuan melibatkan berbagai keinginan seperti bertanya, mengingkari, menegaskan, dan memberikan perintah melalui proposisi. Proposisi itu sendiri mengandung tiga jenis konsep yang bukan merupakan konsep kebahasaan, yakni 

Argumen, 

Predikat, dan 

Keterangan. 

Keterangan yang diperlukan oleh bahasa meliputi beberapa konsep bebas bahasa seperti data rujukan dan data kesopanan. Representasi semantik merupakan pikiran sempurna yang hendak disampaikan penutur kepada pendengar. Di dalamnya terdapat konsep universal bahasa dan ada yang wajib (tujuan dan proposisi dan ada pula yang manasuka seperti kesopanan dan rujukan). 

Strategi asas merupakan satu dari beberapa komponen bahasa yang digunakan untuk mengganti representasi semantik dengan bentuk fonetik. Ini dilakukan dengan terus mencari pada komponen butir tersimpan atau jika ini gagal, dapat dicari dengan rumus transformasi. Berkenaan dengan komponen butir tersimpan, komponen strategi asas akan mendapatkan butir yang tepat ataupun menggunakan suatu analogi rutin untuk butir yang sama. 

Semua lema morfem, perkataan, dan kalimat mengandung dua jenis pernyataan, yaitu bentuk bunyi dan maknanya. Oleh sebab itu, memperoleh bentuk bunyi secara langsung dan cepat tanpa melakukan pencarian dengan rumus transfromasi dan rumus fonologi dapat dilakukan. Lagi pula, frase dan kalimat yang berkaitan dengan butir ini disimpan juga di sini. 

Apabila komponen butir tersimpan tidak dapat memberikan bekal representasi semantis secara langsung, maka kendali rumus transformasi diperlukan. Rumus transformasi itu memberi bekal struktur sintaksis yang menyatakan pertalian antara argumen dan predikatnya. Pengendalian rumus transformasi dan strategi asas gunanya ialah memberikan suatu struktur permukaan sintaksis yang terisi dengan bentukbentuk perkataan. 

Rumus fonologi menghasilkan representasi fonetis apabila terdapat struktur permukaan sebagai masukan. Representasi fonetis menentukan penyebutan bagi keseluruhan kalimat. Representasi fonetis ini merupakan tuturan yang ditanggap pada tahap psikologi dan mengandung bunyi bahasa diskret dan fitur prosodi, misalnya bunyi  dan tekanan. 


No comments:

Post a Comment