MARFUATUL ASMA
1. Pengertian Marfuatul Asma
Marfuatul asma adalah kumpulan isim (kata benda) yang berada dalam kondisi marfu
dalam i’rabnya. Penyebab marfu’nya adalah dikarenakan adanya ‘amil yang berada
di depan isim tersebut.
Marfuatul asma termasuk kelompok isim Mu’rab, yaitu kelompok kata yang berubah-ubah sesuai kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab. Perubahan kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini didasari oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan sukun. Adapun Marfuatul asma termasuk kelompok isim rofa’ atau dhomah.
2. Macam-Macam Marfuatul Asma
Marfuatul asma terbagi kedalam 7 bagian, yaitu:
a. Fa’il
Fa’il adalah isim marfu yang terletak setelah fiil
ma’lum untuk menunjukkan makna pelaku dari suatu pekerjaan, contohnya:
فتحَ محمدٌ البابَ
Muhammad telah membuka buku
يقرأُ عُثْمانُ القرآن Usman sedang membaca Al-Qur’an
Fa’il memiliki beberapa ketentuan, yaitu:
1)
Fa’il adalah isim yang marfu’
Contohnya نَصَرَ محمدٌ
زيداً (Muhammad Menolong zaid)
محمد
menjadi fa’il karena isim marfu’ dan زيد
bukan fail karena manshub.
ذهب الطالبُ إلى المدرسةِ (siswa itu pergi ke sekolah)
الطالبُ
menjadi Fa’il karena isim marfu dan المدرسةِ
bukan fa’il karena majrur.
2)
Fa’il harus berada setelah fi’il. Apabila ada isim marfu’ yang berada di
depan atau sebelum fi’il maka dia bukan fa’il
3)
Fi’il yang dipakai
adalah fi’il ma’lum.
Apabila ada isim
mar’fu’ yang terletak setelah
fi’il majhul, maka ia bukan sebagai fa’il (menjadi Mubtada)
Contohnya: محمدٌ يكتبُ الدرسَ
(muhammad menulis Pelajaran)
Kata محمدٌ
bukan fa’il karena berada di depan kalimat. Failnya adalah هو yang berada pada kata يكتبُ
(dhomir mustatir/ kata ganti yang tersembunyi)
4)
Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod. Contohnya
كتب المسلم الدرس, كتب المسلمان الدرس، كنب المسلمون الدرس.
5)
Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Bila failnya
muannats maka fi’ilnya mufrod muannats. Contohnya:
سرب محمد اللبن
(Muhammad telah minum susu)
شربت مريم اللبن
(Maryam telah minum susu)
يشرب محمد اللبن
(muhammad sedang minum susu)
تشرب محمد اللبن
(Maryam sedang minum susu)
b. Naibul Fa’il
Naibul fa’il
adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il
majhul untuk menunjukkan orang
yang dikenai pekerjaan. Contohnya:
ضُربَ الكلبُ
(anjing itu telah dipukul)
يُكتبُ الدَرْسَ (pelajaran sedang ditulis)
Ketentuan Naibul Fa’il
·
Naibul fa’il merupakan isim marfu’. Asal dari na’ibul fa’il
adalah sebagai obyek (maf’ul bih) yang
mempunyai i’rob nashob.
Tatkala fa’il-nya dihapus,
maka maf’ul bih
menggantikan posisi fa’il yang mempunyai i’rob rofa’. Contohnya
ضَرَب زيدٌ الكلبَ
ketika fa’ilnya dihapus menjadi ضُربَ الكلبُ
·
Naibul fa’il harus diletakkan setelah fi’il. Apabila ada isim marfu’
yang terletak di depan atau sebelum fi’il maka dia bukan naibul fa’il.
Contohnya
عمرٌ ضُرِبَ
(Umar dipukul) عمرٌ bukanlah naibul fa’il
karena عمرٌ terletak di depan fi’il. Yang menjadi
naibul fa’il adalah dhomir mustatir yang ada pada kata ضُرِبَ
yang taqdirnya adalah هو
·
Fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul. Contohnya
ضَرَب زيدٌ الكلبَ.
Kata زيدٌ bukanlah naibul fa’il karena ضَرَب adalah fi’il ma’lum bukan majhul
·
Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod. Contohnya
قُتِلَ الكَافِرُ
(seorang kafir telah dibunuh)
قُتِلَ الكَافِران
(dua orang kafir telah dibunuh)
قُتِلَ الكَافِرُون
(orang-orang kafir telah dibunuh)
·
Jika naibul fa’il-nya mudzakkar, maka fi’il-nya mufrod mudzakkar. Dan
apabila naibul fail-nya muannats maka fi’il-nya mufrod muannats. Contohnya:
نُصِرَ محمدٌ – يُنْصَرُ محمد
نُصِرَت مريم – تُنْصَرُ مريم
·
Apabila susunan sebelum fa’il-nya dihapus mepunyai dua maf’ul bih
(obyek), maka setelah fa’il-nya dihapus,
maf’ul bih pertama menjadi naibul
fa’il sedangkan maf’ul
bih kedua tetap manshub sebagai
maf’ul bih. Contohnya
منحَ محمدٌ الفقيرَ طعامًا menjadi مُنِعَ
الفقيرُ طعاماً
Catatan Naibul Fa’il
Ø Ketentuan na’ibul fa’il mirip dengan
ketentuan yang ada pada fa’il.
Ø Naibul fa’il tidak harus terletak secara
langsung di belakang fi’il-nya. Contohnya
يُقبض فى الطريق الساَرِقُ
Ø Apabila
na’ibul fa’il tidak terletak
secara langsung di belakang fi’il-nya,
maka untuk na’ibul fa’il yang muannats,
fi’il-nya boleh mufrod muannats atau mufrod mudzakkar. Contohnya
نُصِرَتْ فى الفصل مريم atau مريم نُصِرَ
فى الفصل
Ø Apabila
na’ibul fa’il-nya berupa
jamak taksir, maka
fi’il-nya boleh berbentuk
mufrod mudzakkar atau mufrod muannats. Contohnya
سئلَ الأساتيذ
(para ustadz ditanya)
Ø Terkadang, na’ibul fa’il berupa isim
mabni. Contohnya
تُنْكِحُ
(orang itu dinikahi), ضُرِبوا (mereka di pukul)
c. Mubtada dan Khobar
Mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek) sedangkan khobar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan mubtada’ (Predikat/ pelengkap).
Ketentuan Mubtada dan Khobar
1.
Mubtada’ dan khobar merupakan isim-isim marfu’
Contohnya المسلمُ صلحٌ
2.
Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi bilangannya.
Contohnya المسلمُ صلحٌ,
المسلمان صلحان
3.
Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi jenisnya.
Contohnya المسلمُ صلحٌ, المسلمةُ صلحةٌ
Macam-macam Mubtada
1.
Mubtada’ yang berupa isim mu’rob
Contohnya المسلمُ صلحٌ
2.
Mubtada’ yang berupa isim mabni
Contohnya انَا طَالبٌ
Macam-macam Khobar
1.
Khobar Mufrod
Khobar mufrod adalah khobar yang bukan berupa jumlah
maupun syibhul jumlah contohnya انَا طَالبٌ
2.
Khobar Murokkab
Ø Khobar Jumlah
-
Jumlah ismiyah (khobar yang tersusun dari mubtada khobar) contonhnya الولدُ كتاَبهُ جديدٌ
-
Jumlah Fi’liyyah (khobar yang tersusun dari fi’il dan fa’il) contohnya الولد حضَرَ ابوهُ
Ø Khobar Syibhul jumlah
Yaitu khobar yang tersusun dari phrase
-
Jar dan Majrur
Contohnya محمد فى البيتِ
-
Dzorof dan Madzruf
Contohnya المدرسة امام
المكتبةِ
d. Isim Kaana dan Saudarinya
Isim Kaana dan saudarinya merupakan fi’il-fi’il yang
masuk pada susunan mubtada’ dan khobar sehingga merofa’kan mubtada’ dan
menashabkan khobar. Mubtada’ yang telah
dirofa’kan oleh kaana dan
saudari-saudarinya dikenal dengan Isim Kaana. Khobar yang telah dinashobkan oleh kaana dan saudarinya dikenal dengan Khobar Kaana.
Contohnya مُحَمدٌ مُجْتَهِدٌ
= كان مُحَمدٌ مُجْتَهِدًا
مُحَمدٌ
sebagai isim kaana
مُجْتَهِدًا sebagai khobar kaana
Macam-macam Isim Kaana (كان)
1)
Isim Kaana yang berupa isim mu’rob
Contohnya كان الولدُ نَشِيْطًا
2)
Isim Kaana yang berupa isim mabni
Contohnya كنْتُ مسلمًا
Saudari-saudari Kaana
1)
أَصْبح – أضحر – ضلَّ – امسى – بات
(menunjukan waktu)
Contohnya باتَ الوَلدُ نائماً
(anak itu tidur di malam hari)
2)
لَيْسَ (penafian)
Contohnya ليسَ النجاحُ سهلاً
(kesuksesan tidaklah mudah)
3)
صارَ (menunjuk
terjadinya perubahan)
Contohnya صارَ محمدٌ شاباَ
(muhammad telah menjadi seorang pemuda)
4)
ماَ دامَ (menunjukan
jeda waktu)
Contohnya لاَ تخرجْ ماَدامَ
اليومُ مُمْطِراً (jangan keluar selama hari masih hujan)
5)
ما زال – ما فتئ – ما نفك – ما برح
(menunjukan adanya kesinambungan)
Contohnya ماَ زالَ السارقُ مكدراَ (pencuri senantiasa membuat resah)
Macam-macam Khobar Kaana
1-
Khobar Kaana yang berbentuk mufrod
Contohnya كان العاملُ حاضراً
2-
Khobar Kaana yang berbentuk murokkab
Contohnya كان الولدُ كتابُهُ جديداٌ، كان محمدٌ فى البيتِ
Catatan Kaana
a.
Apabila isim kaana
berupa isim mu’rob,
maka kaana selalu
dalam bentuk mufrodnya walaupun isim kaana tersebut berupa
isim mutsanna atau jamak. Contohnya
كان المسلمان مجتهدَيْنِ، كان المسلمون
مجتهدِيْنَ
b.
Apabila isim kaana berupa
isim mabni yang berupa dhomir, maka
kaana ditashrif sesuai dengan dhomirnya. Contonya
هو مسلم = كان مسلماً
هما مسلمان = كانا مسلمَيْنِ
هُمْ مسلمون = كانو مسلمِيْنَ
I’rob dari khobar kaana yang berbentuk murokkab adalah
فى محلِّ نصبِ
e. Khabar Inna dan Saudaranya
Inna dan saudarinya merupakan huruf yang masuk pada susunan mubtada’ dan khobar, sehingga menashabkan mubtada dan merofa’kan khobar. Mubtada’ yang telah dinashabkan oleh inna dan saudarinya dikenal dengan Isim Inna. Khobar yang telah dirofa’kan oleh inna dan saudarinya dikenal dengan Khobar Inna. Contohnya إن اللهَ حكيمٌ عليمٌ
Saudara Inna
1.
إنَّ، أن untuk
menguatkan (taukid)
Contohnya إِنَّ اللهَ معَ
الصابرين (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar)
2.
ليتَ untuk
berandai-andai
Contohnya ليت النتيجةَ حسنةٌ
(seandainya nilainya baik)
3.
كَأَنَّ untuk
menyerupakan (tasybih)
Contohnya كأنَّ عمرَ اسدٌ
(seakan-akan umar seperti singa)
4.
لكِنَّ untuk
menyatakan kebalikan kalimat sebelumnya
Contohnya الكتابُ صغيرٌ
لكنهُ مفيدٌ (buku itu kecil tetapi berfaidah)
5.
لعَلَّ untuk
mengharapkan
Contohnya لعل الحوَّ معتدلٌ
(mudah-mudahan udaranya
nyaman)
6.
لا النافية للجسم
untuk meniadakan jenis
Contohnya لا لاجلَ فى البيتِ (tidak ada seorang lelakipun didalam rumah)
Tashrif Inna
1.
Isim inna yang berupa isim mu’rob
Contohnya إنَّ محمدً جالسٌ،
إن الإمتحانَ سهلٌ، إن الإمرأتَيْنِ حاضرتَانِ، إن اللاعبِيْنَ مجتهدُوْنَ
2.
Isim inna yang berupa isim mabni
Contohnya إنَّهُ قائمٌ (sesungguhnya dia (laki-laki) berdiri)
Catatan Khobar Inna
1.
Untuk menentukan mana
isim inna dan
Khobarnya, terlebih dahulu
harus dicari mana mubtada
dan khabarnya, sehingga apabila
didapatkan khobar di depan atau
mubtada di belakang maka isim dan
khobar inna juga menyesuaikan. Contohnya
فىِ البيتِ الرَجلٌ
adalah kalimat dengan susunan khobar muqoddam mubtada muakhor maka ketika ada
inna menjadi إنَّ فى البيتِ الرَجُلَ
2.
Jika mubtada berbentuk dhomir maka isim inna menyesuaikan. Contohnya
هم مسلمون = إنَّهُمْ مسلمُوْنَ
أنتَ ذكيٌّ = إنكَ ذكيٌّ
f. At-tawabi lil marfu’
1.
Tabi’ (التابع)
Tabi’ adalah kata yang mengikuti hukum kata sebelumnya
ditinjau dari sisi i’rab. Contohnya
جاء رجلٌ كريمٌ
(telah datang lelaki yang mulia)
2.
Tawabi’ (التوابع)
Tawabi’ adalah kata yang diikuti oleh hukum kata
setelahnya. Yang termasuk tawabi’ yaitu
-
النعت (النعت و المنعوت)
-
العطف (العطف و المعطوف)
-
التوكيد (التوكيد و المؤكد)
-
البدل (البدل و المبدل منه)
3.
Na’at (النعت)
Na’at adalah tabi’ yang menyifati isim sebelumnya.
Na’at bisa disebut sifat. Contohnya
جاء إماَمٌ عادلٌ (Seorang imam yang adil telah datang)
Ketentuan na’at yaitu:
·
Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya. Contoh رجع طالب ماهر
·
Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya. Contohn رجع طالبان ماهران
· Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis) nya contohnya رجع طالبة ماهرة
Catatan
·
jika man’ut berupa
isim jama’ yang tidak berakal
maka na’at boleh berbentuk mufrod
muannats atau jama’ muannats. Contohnya
إنفرجت الجبالُ العاليةُ
·
Setiap jumlah yang terletak
setelah isim nakirah
maka dia dianggap sebagai na’at. Contoh هذا عملٌ
يفيدٌ
4.
Athaf (العطف)
‘Athaf adalah tabi’ yang terletak setelah huruf-huruf
athaf (huruf-huruf
penghubung/penyambung)
Huruf-huruf athaf terbagi 5, yaitu:
a.
وَ = digunakan
untuk sekedar menggabungkan dua kata atau
lebih. Contoh جاء محمد و عثمان و علي
(muhammad, ustman dan ali telah datang)
b.
فَ = Digunakan
untuk menggabungkan dua kata atau lebih secara berurutan dengan tanpa adanya
jeda. Contohnya جاء محمد فعثمان فعلي
(muhammad telah datang, kemudian ustman, kemudian ali)
c.
ثُمَّ =
Digunakan untuk menggabungkan
dua kata atau
lebih secara berurutan
dengan disertai adanya jeda.
Contohnya دخل المسجد محمد ثم عثمان
(Muhammad masuk ke mesjid kemudian (beberapa saat) usman
d.
أَوْ = Digunakan
untuk menggabungkan dua kata atau lebih untuk menunjukkan sebuah pilihan atau untuk mengungkapkan
keragu-raguan contohnya دخل إلى المسجد محمد أو علي (telah masuk kedalam masjid muhammad atau
ali)
e.
أَمْ = Digunakan
untuk menggabungkan dua kata atau lebih guna menuntut suatu kejelasan. Huruf
ini biasanya terletak setelah huruf istifham (هل)
Contohnya هل أنتَ طالب أم طبيب (apakah kamu pelajar atau dokter)
5.
Taukid (التوكيد)
Taukid
adalah tabi’ yang disebutkan di dalam kalimat untuk
menguatkan atau menghilangkan keragu-raguan dari si pendengar.
a.
Taukid Lafdzi yaitu Taukid
yang disebutkan dalam
suatu kalimat dengan
cara mengulang lafazh
yang hendak dikuatkan. Contohnya
قُتٍل عليٌ عليٌ
(ali ali telah dibunuh)
b. Taukid Ma’nawi yaitu taukid yang disebutkan dalam suat kalimat dengan cara menambahkan lafazh-lafazh khusus.
Catatan
Lafadz-lafadz khusus harus bersambung dengan dhomir-dhomir
yang sesuai dengan dengan
kata yang ingin dikuatkan. Lafadz-lafadz
taukid tersebut yaitu:
·
نفس = صام محمدٌ نفسُهُ
·
عين = جائت مريمٌ عينُها
·
كلا = عثمان و علي كلاَهُمَا فى الجنة
·
كِلْتَا = حضرت مدرستَانِ كلتَاهُمَا
· كل، جميع، عامة = رجع الطلابُ جميعُهُم
6.
Badal (البدل)
Badal adalah tabi’ yang disebutkan di dalam suatu
kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan
ataupun sebagiannya saja.
a.
Badal Muthobiq (بدل مطابق) Yaitu badal
yang menggantikan kata sebelumnya (mubdal minhu) secara utuh contohnya الإمامُ أَمحدُ رجلٌ صالحٌ
b.
Badal Ba’di Min Kul (بدل بعد من كل)
yaitu Badal yang mewakili anggota bagian dari kata sebelumnya contohnya انهدم البيتُ جدارُهُ (rumah
itu dindingnya roboh)
c. Badal Isti’mal (بدل إستعمال) yaitu Badal yang mewakili sebagian sifat dari kata sebelumnya contohnya أَعْجَبَنِي خَالِدٌ شَجَاعَتُهُ (Kholid membuatku kagum (keberaniannya))
Catatan:
·
Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus bersambung dengan dhomir
yang sesuai dengan mubdal minhu-nya.
·
Biasanya badal ditemukan dalam suatu kalimat setelah Nama Orang, Isim
Isyaroh. Pembagian (paparan)
·
Apabila badal berupa
lafadz ابن, maka mubdal
minhu (yang dibadali/kata
yang terletak sebelumnya) tidak boleh ditanwin, sedangkan lafadz ابن dihilangkan alifnya (menjadi
بن) dan kata yang terletak setelahnya dimajrurkan sebagai mudhaf
ilaih contohnya عليِ بنُ أبي طالب
No comments:
Post a Comment